Initial Assessment (Penilaian & Pengelolaan Awal Pasien Trauma)
Oleh : Marlisa, S.Kep, Ns, M.Kep
Persiapan.
Pada tahap
persiapan dibagi menjadi 2 keadaan yaitu: Fase pertama adalah tahap pra-rumah
sakit. Sedangkan fase yang kedua adalah fase rumah sakit.
Dalam setiap
tahap tentu berbeda persiapannya.
Tahap pra-rumah sakit.
Dalam
persiapan pra-rumah sakit petugas diarahkan untuk dapat menstabilisaai,
fiksasi, & transportasi dengan benar serta mampu berkoordinasi dengan
dokter maupun perawat di RS yang dituju.
Tahap rumah sakit.
Dalam tahap
ini, dimana dilakukan persiapan untuk menerima pasien sehingga dapat dilakukan
tindakan & sesusitasi dslam waktu yang cepat. Serta data2 dalam tahap
pra-rumah sakit juga dibutuhkan diantaranya waktu kejadian, mekanisme kejadian,
serta riwayat pasien.
Primary Survey.
Perhatikan
!! Sebelum melakukan tindakan ke pasien terlebih dulu pakai APD (Alat proteksi
diri) karena kita harus tanamkan prinsip 3A yaitu Aman diri, aman lingkungan,
& aman pasien.
Setelah
memakai APD lalukan cek respon pasien dengan cara memanggil nama, menepuk bahu,
rangsang nyeri. Agar kita dapat mengetahui sejauh mana respon pasien terhadap
rangsang suara & rangsang nyeri, bahkan pasien tidak respon sama sekali.
A = Alert (sadar).
Pasien dapat
dikatakan sadar apabila pasien mampu berorientasi terhadap tempat, waktu, &
orang. Penderita benar2 mengetahui apa yang terjadi disekitarnya, dimana ia
berada, waktu itu, bahkan siapa anda. Hal ini digambarkan sebagai Alert
(sadar).
V = Verbal (Respon terhadap suara).
Pasien ini
dalam keadaan disorientasi tetapi masih bisa diajak bicara.
Bayangkan ketika ada pasien tidak bergerak maupun membuka mata, lalu anda berkata "selamat pagi, nama bapak siapa?". Ketika itu juga pasien akan membuka mata / hanya berkata "Huuuhh??!".
Bayangkan ketika ada pasien tidak bergerak maupun membuka mata, lalu anda berkata "selamat pagi, nama bapak siapa?". Ketika itu juga pasien akan membuka mata / hanya berkata "Huuuhh??!".
P = Pain (Respon terhadap rangsang nyeri).
Dalam
keadaan ini, pasien hanya berespon terhadap rangsang nyeri.
Ketika anda menekan ujung kaki/kuku pasien, pasien akan merespon dengan menjauh/menarik jarinya dari cubitan anda.
Ketika anda menekan ujung kaki/kuku pasien, pasien akan merespon dengan menjauh/menarik jarinya dari cubitan anda.
U = Unresponsive/Tidak Sadar.
Pasien tidak
memberikan respon apa2, baik diberi rangsang suara maupun rangsang nyeri.
Airway & Cervical Control.
Airway
merupakan prioritas pertama, karena sumbatan airway merupakan penyebab utama
kematian bila dibandingkan dengan breathing & circulation.
Oleh sebab
itu, jalan nafas harus selalu terbuka & tetap terjaga, biasanya yang
menyebabkan kematian yang paling sering adalah obstruksi jalan nafas total.
Head
tilt-chin lift/ jaw trust harus dilakukan agar jalan nafas selalu terbuka,
bersamaan dengan hal ini kita juga bisa melalukan look (liat), listen (dengarkan),
& feel (rasakan).
Walaupun look, listen. & feel merupakan pemeriksaan pada breathing perlu diingat, bahwa setiap pasien yang dapat berbicara dengan jelas untuk sementara menjamin bahwa jalan nafasnya tidak terdapat masalah.
Tindakan
pada pasien gangguan airway:
- Gungling (miringkan, suction, finger sweep).
- Snoring (Head tilt-chin lift, jaw trust, OPA/NPA).
- Crowing (Airway definitif, intubasi, needle cricothiroidotomi).
Breathing.
Dengan jalan
nafas yang baik maka akan menjamin ventilasi yang baik pula. Ventilasi yang
baik meliputi fungsi yang baik dari paru, dinding dada, serta diafragma. Setiap
komponen ini harus dievaluasi dengan cepat.
Ventilasi
dapat dibilang baik apabila penderita tidak sesak nafas, peranjakan dada
simetris, tidak sianosis, tidak disertai suara, gurgling, snoring, crowing.
Cara
melakukan look, listen, & feel adalah dengan cara melihat peranjakan dada,
mendengarkan suara nafas, serta merasakan hembusan nafas pasien.
Cara
melakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah pasien mengalami gangguan
breathing adalah:
- Inspeksi: untuk melihat ekspansi pernafasan.
- Auskultrasi: untuk memastikan masuknya udara kedalam paru.
- Perkusi: untuk menilai adanya udara/darah di dalam rongga pleura.
- Palpasi: untuk mengetahui apakah ada kelainan pada dinding dada yang mungkin dapat mengganggu ventilasi.
Circulation.
Cardiac Output (volume darah & curah jantung).
Perdarahan
merupakan penyebab utama kematian pasca-bedah yang mungkin bisa diatasi dengan
terapi yang cepat & tepat di rumah sakit.
Setiap keadaan hipotensi harus dianggap disebabkan oleh hipovolemia, hingga terbukti sebalinya. Dengan demikian maka sangat diperlukan penilaian yang cepat & status hemodinamika pasien.
Ada tiga
observasi yang dalam hitungan detik dapat memberikan informasi mengenai keadaan
hemodinamika pasien yaitu:
- Tingkat kesadaran. Jika terjadi penurunan darah, perfusi otak dapat berkurang, sehingga akan mengakibatkan penurunan kesadaran (walaupun demikian kehilangan jumlah darah yang banyak belum tentu mengakibatkan gangguan kesadaran).
- Warna kulit. Warna kulit dapat membantu diagnosa hipovolemia&nadi.
- Nadi. Nadi yang besar
4. seperti arteri karotis, arteri
femoralis harus diperiksa bilateral, agar dapat mengetahui kekuatan,
kecepatan, & irama nadi. Jika nadi kecil & kuat biasanya pada
pasien syok.
5. Tekanan darah.
6. Jangan terlalu percaya pada tekanan
darah dalam menentukan syok karena tekanan darah yang sebelumnya belum
diketahui serta diperlukan kehilangan darah lebih dari 30% agar dapat terjadi
penurunan tekanan darah.
7. Perdarahan.
8. Cara penanganan awal perdarahan
adalah dengan meninggikan ekstremitas + 45 derajat, jika tidak
ada respon maka cari sumber perdarahan & hentikan, lalu tambah lagi cairan
kristaloid, bila tidak berhasil juga maka berikan tranfusi darah type spesifik.
Langkah2 ini juga dilakukan pada pasien syok dengan perdarahan dalam (internal), sedangkan pada perdarahan luar (eksternal) lalukan balut tekan/balut cepat, elevasi daerah yang luka/ kombinasi dengan penekanan pada arteri yang besar.
Jangan menggunakan dengan torniquet karena dapat merusak jaringan (sekarang sudah tidak direkomendasikan lagi). Apabila pasien dengan fraktur dibeberapa bagian maka lakukanlah pembidaian.
Langkah2 ini juga dilakukan pada pasien syok dengan perdarahan dalam (internal), sedangkan pada perdarahan luar (eksternal) lalukan balut tekan/balut cepat, elevasi daerah yang luka/ kombinasi dengan penekanan pada arteri yang besar.
Jangan menggunakan dengan torniquet karena dapat merusak jaringan (sekarang sudah tidak direkomendasikan lagi). Apabila pasien dengan fraktur dibeberapa bagian maka lakukanlah pembidaian.
9. Disability.
10.
Langkah
selanjutnya setelah sirkulasi adalah disability (di evaluasi keadaan neurologis
secara cepat, yang dinilai adalah tingkat kesadaran) menggunakan AVPU atau GCS,
reaksi pupil serta motorik dari masing2 anggota gerak.
Cara penilaian GCS secara sederhana.
Cara penilaian GCS secara sederhana.
11. Eye
Buka mata
spontan
|
4
|
Buka mata
terhadap suara
|
3
|
Buka mata
terhadap nyeri
|
2
|
Tidak buka
mata
|
1
|
12. Verbal
Bicara
biasa
|
5
|
Bicara
mengacau
|
4
|
Hanya
kata-kata
|
3
|
Hanya
suara
|
2
|
Tidak ada
respon
|
1
|
13. Motorik
Mengikuti
perintah
|
6
|
Melokalisir
nyeri
|
5
|
Menjauh
dari nyeri
|
4
|
Fleksi
abnormal
|
3
|
Ekstensi
abnormal
|
2
|
Tidak ada
respon
|
1
|
Exposure.
Prinsip exposure adalah membuka
semua pakaian pasien untuk mencari apakah ada sumber perdarahan ataukah
terdapat luka yang lain. Eksposure dilakukan di rumah sakit tetapi dimana perlu
untuk dilakukan (seperti untuk melakukan pemeriksaan fisik
thorax.)
Harus di ingat !! Agar pasien tidak mengalami kedinginan maka harus dipakaikan selimut yang hangat, ruangan yang cukup hangat serta diberikan cairan vena yang sudah dihangatkan.
Harus di ingat !! Agar pasien tidak mengalami kedinginan maka harus dipakaikan selimut yang hangat, ruangan yang cukup hangat serta diberikan cairan vena yang sudah dihangatkan.
Folley Catether.
Catether urine di pasang agar dapat
mengtahui keadaan hemodinamika pasien. Apakah intake & output sudah
seimbang ataukah belum?
Awas ! hati2 jangan asal pasang ...
Awas ! hati2 jangan asal pasang ...
Kontra indikasi pemasangan catether adalah:
- RT ; Pr0stat meninggi.
- Hematoma skr0tum.
- Terdapat darah pada ur3tra.
Urine normal pada:
- Bayi : 2 - 3 cc/kg BB/jam.
- Anak : 1 -2 cc/kg BB/jam.
- Dewasa : 0,5 - 1 cc/kg BB/jam (30 sampai 50 cc/jam)
Gastric Tube.
Dalam
melakukan pemasangan NGT harus dapat mencegah diantaranya distensi lambung,
mencegah mundah, serta memudahkan untuk memasukkan obat, makanan maupun
minuman.
Awas ! Hati2 pada pasien dengan fraktur basis branii, memasukkan NGT lewat hidung karena sering masuk ke dalam otak, dalam kasus ini NGT harus di masukkan lewat mulut.
Awas ! Hati2 pada pasien dengan fraktur basis branii, memasukkan NGT lewat hidung karena sering masuk ke dalam otak, dalam kasus ini NGT harus di masukkan lewat mulut.
Heart Monitor.
Monitor EKG
dianjurkan dipasang pada setiap pasien dengan trauma, agar dapat mengetahui
keadaan gannguan pada jantung.
Perlu di ingat, tindakan resusitasi dilakukan pada saat masalahnya sudah dikenal, bukan setelah survei primer selesai.
Perlu di ingat, tindakan resusitasi dilakukan pada saat masalahnya sudah dikenal, bukan setelah survei primer selesai.
Secondary Survey.
- Head to toe.
- Periksa semua lubang.
- Tanda-tanda vital.
- Anamnesis.
- Pemeriksaan penunjang: Foto rontgen, laboratorium.
- Persiapan rujukan.
Referensi:
- Tim Pengajar BTCLS. 2018. Modul Basic Trauma Cardiac Life Support. Jakarta: Gadar Medik Indonesia.