By: Marlisa, S.Kep,Ns, M.Kep
Pengertian mobilisasi
Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan
keegiatan dengan bebas (kosier, 1989).
Tujuan dari mobilisasi antara lain :
1.
Memenuhi kebutuhan dasar manusia
2.
Mencegah terjadinya trauma
3.
Mempertahankan tingkat kesehatan
4.
Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari – hari
5.
Mencgah hilangnya kemampuan fungsi tubuh.
Faktor – faktor yang mempengaruhi Mobilisasi
Gaya hidup
Gaya hidup seseorang sangat tergantung dari tingkat
pendidikannya. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan di ikuti oleh
perilaku yang dapat meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya dengan
pengetahuan kesehatan tetang mobilitas seseorang akan senantiasa melakukan
mobilisasi dengan cara yang sehat .
Proses penyakit dan injuri
Adanya penyakit tertentu yang di derita seseorang akan
mempengaruhi mobilitasnya misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulitan
untukobilisasi secara bebas. Demikian pula orang yang baru menjalani operasi.
Karena adanya nyeri mereka cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya
klien harus istirahat di tempat tidur karena menderita penyakit tertentu misalnya;
CVA yang berakibat kelumpuhan, typoid dan penyakit kardiovaskuler.
Kebudayaan
Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan
aktifitas misalnya; seorang anak desa yang biasa jalan kaki setiap hari akan
berbeda mobilitasnya dengan anak kota yang biasa pakai mobil dalam segala
keperluannya. Wanita kraton akan berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan
seorang wanita madura dan sebagainya.
Tingkat energy
Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi,
orang yang lagi sakit akan berbeda mobilitasnya di bandingkan dengan orang
sehat apalagi dengan seorang pelari.
Usia dan status
perkembangan
Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasny
dibandingkan dengan seorang remaja. Anak yang selalu sakit dalam masa
pertumbuhannya akan berbeda pula tingkat kelincahannya dibandingkan dengan anak
yang sering sakit.
Tipe persendian dan
pergerakan sendi
Dalam sistim muskuloskeletal dikenal 2 macam persendian
yaitu sendi yang dapat digeragan (diartrosis) dan sendi yang tidak dapat
digerakan (siartrosis).
Toleransi aktifitas
Penilaian tolerasi aktifitas sangat penting terutama pada klien
dengan gangguan kardiovaskuler seperti Angina pektoris, Infark, Miokard atau
pada klien dengan immobilisasi yang lama akibat kelumpuhan.Hal tersebut
biasanya dikaji pada waktu sebelum melakukan mobilisasi, saat mobilisasi dan
setelah mobilisasi.
Tanda – tanda yang dapat di kaji
pada intoleransi aktifitas antara lain :
a) Denyut nadi frekuensinya
mengalami peningkatan, irama tidak teratur
b) Tekanan darah biasanya terjadi
penurunan tekanan sistol / hipotensi orthostatik.
c) Pernafasan terjadi peningkatan
frekuensi, pernafasan cepat dangkal.
d) Warna kulit dan suhu tubuh
terjadi penurunan.
e) Kecepatan dan posisi tubuh.disini
akan mengalami kecepatan aktifitas dan ketidak stabilan
posisi tubuh.
f) Status emosi labil.
Masalah fisik
Masalah fisik yang dapt terjadi akibat immobilitasi dapat
dikaji / di amati pada berbagai sistim antara lain :
Masalah
muskuloskeletal
Menurunnya kekuatan dan kemampuan otot, atropi, kontraktur,
penurunan mineral, tulang dan kerusakan kulit.
Masalah
urinary
Terjadi statis urine pada pelvis ginjal, pengapuran ,infeksi
saluran kemih dan inkontinensia urine.
Masalah
gastrointestinal
Terjadinya anoreksia / penurunan nafsu makan,diarrhoe dan
konstipasi.
Masalah
respirasi
Penurunan ekspansi paru, tertumpuknya sekret dalam saluran nafas,
ketidak seimbangan asam basa (CO2 O2).
Masalah
Kardiovaskuler
Terjadinya hipotensi orthostatik, pembentukan trombus.
Upaya mencegahkan
terjadinya masalah akibat kurangnya mobilisasi antara lain :
1. Perbaikan status gisi
2. Memperbaiki kemampuan monilisasi
3. Melaksanakan latihan pasif dan aktif
4. Mempertahankan posisi tubuh dengan benar sesuai dengan bady aligmen (Struktur tubuh).
5. Melakukan perubahan posisi tubuh secara periodik (mobilisasi untuk menghindari terjadinya
1. Perbaikan status gisi
2. Memperbaiki kemampuan monilisasi
3. Melaksanakan latihan pasif dan aktif
4. Mempertahankan posisi tubuh dengan benar sesuai dengan bady aligmen (Struktur tubuh).
5. Melakukan perubahan posisi tubuh secara periodik (mobilisasi untuk menghindari terjadinya
dekubitus / pressure area akibat
tekanan yang menetap pada bagian tubuh.
Macam
– macam posisi klien di tempat tidur
1. Posisi fowler (setengah duduk)
2. Posisi litotomi
3. Posisi dorsal recumbent
4. Posisi supinasi (terlentang)
5. Posisi pronasi (tengkurap)
6. Posisi lateral (miring)
7. Posisi sim
8. Posisi trendelenbeg (kepala lebih rendah dari kaki)
1. Posisi fowler (setengah duduk)
2. Posisi litotomi
3. Posisi dorsal recumbent
4. Posisi supinasi (terlentang)
5. Posisi pronasi (tengkurap)
6. Posisi lateral (miring)
7. Posisi sim
8. Posisi trendelenbeg (kepala lebih rendah dari kaki)
PENGATURAN
POSISI
Pengaturan posisi yang dapat dilakukan pada pasien ketika
mendapatkan perawatan,dengan tujuan untuk kenyamanan pasien, pemudahan
perawatan dan pemberian obat,menghindari terjadinya pressure area akibat
tekanan yang menetap pada bagian tubuh tertentu.Pengaturan posisi antara lain
adalah :
Posisi Fowler
Posisi
setengah duduk atau duduk, bagian kepala tempat tidur lebih tinggi
ataudinaikkan. Untuk fowler (45-90°) dan semifowler(15°-45°). Dilakukan untuk
mempertahankankenyamanan, memfasilitasi fungsi pernapasan, dan untuk pasien
pasca bedah.
Cara Pelaksanaan :
a.
Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
b.
Dudukkan pasien
c.
Berikan sandaran pada tempat tidur pasien atau atur tempat tidur, untuk posisi
untuk fowler
( 90°) dan Semi fowler ( 30 - 45° ).
d.
Anjurkan pasien untuk tetap berbaring setengah duduk.
Posisi Sim
Posisi
miring ke kanan atau ke kiri. Dilakukan untuk memberi kenyamanan dan untuk mempermudah
tindakan pemeriksaan rektum atau pemberian huknah atau obat-obatan lain melalui
anus.
Cara Pelaksanaan :
a.Jelaskan
pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
b.Pasien
dalam keadaan berbaring. Kemudian apabila dimiringkan kekiri dengan posisi
badansetengah telungkup, maka lutut kaki kiri diluruskan serta paha kanan
ditekuk diarahkan kedada. Tangan kiri di belakang punggung dan tangan kanan
didepan kepala.
c. Bila pasien miring kekanan, posisi bdan
setengah telungkup dan kaki kanan lurus,sedangkan lutut dan paha kiri ditekuk
dan diarahkan ke dada. Tangan kanan dibelakang punggung dan tangan kiri
didepan kepala.
Posisi
Trendelenburg
Posisi
pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah dari
pada bagian kaki. Dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke otak, dan
pada pasien shock dan pada pasien yang dipasang skin traksi pada kakinya.
Cara Pelaksanaan :
a.Jelaskan
pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
b.Pasien
dalam keadaan berbaring terlentang. Letakkan bantal di antara kepala dan ujung tempat
tidur
pasien, serta berikan bantal dibawah lipatan lutut
c.Pada bagian kaki tempat tidur, berikan balok penopang atau
atur tempat tidur secara khusus
dengan meninggikan bagian kaki pasien.
Posisi Dorsal
Recumbent
Posisi
berbaring terlentang dengan kedua lutut fleksi (ditarik atau direnggangkan)
diatastempat tidur. Dilakukan untuk merawat dan memeriksa genetalia serta
proses persalinan.
Cara Pelaksanaan:
a.Jelaskan
pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
b.Pasien
dalam keadaan berbaring terlentang, pakaian bawah di buka
c.Tekuk
lutut, renggangkan paha, telapak kaki menghadap ke tempat tidur dan renggangkan
kedua kaki.
d.Pasang
selimut
Posisi Litotomi
Posisi
berbaring terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya ke
atas bagian perut. Dilakukan untuk memeriksa genetalia pada proses
persalinan, dan memasang alat kontrasepsi.
Cara Pelaksanaan :
a.Jelaskan
pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
b.Pasien
dalam keadaan berbaring terlentang, angkat kedua paha dan tarik ke arah perut.
c.Tungkai
bawah membentuk sudut 90° terhadap paha.
d.Letakkan
bagian lutut/kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi litotomi
e.Pasang
selimut
Posisi Genu
Pektoral
Posisi
menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada bagian atastempat
tidur. Dilakukan untuk memeriksa daerah rectum dan sigmoid dan untuk
membantumerubah letak kepala janin pada bayi yang sungsang.
Cara Pelaksanaan :
a.Jelaskan
pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
b.Anjurkan
pasien untuk berada dalam posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada
menempel pada kasur tempat tidur
c.Pasang
selimut pada pasien
MOBILISASI DENGAN MEMBERIKAN POSISI MIRING
Tujuan :
1.
Mempertahankan bady aligment
2. Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi
3. Mengurangi Meningkatkan rasa nyaman
4. kemungkinan terjadinya cedera pada perawat maupun klien
5. Mengurangi kemungkinan tekanan yang menetap pada tubuh akibat posisi yang menetap
2. Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi
3. Mengurangi Meningkatkan rasa nyaman
4. kemungkinan terjadinya cedera pada perawat maupun klien
5. Mengurangi kemungkinan tekanan yang menetap pada tubuh akibat posisi yang menetap
Indikasi :
1. Penderita yang mengalami kelumpuhan baik hemiplegi maupun para plegi
2. Penderita yang mengalami kelemahan dan pasca operasi
3. Penderita yang mengalami pengobatan (immobilisasi)
4. Penderita yang mengalami penurunan kesadaran
1. Penderita yang mengalami kelumpuhan baik hemiplegi maupun para plegi
2. Penderita yang mengalami kelemahan dan pasca operasi
3. Penderita yang mengalami pengobatan (immobilisasi)
4. Penderita yang mengalami penurunan kesadaran
Persiapan :
1. Berikan penjelasan kepada klien maksud dan tujuan di lakukan tindakan mobilisasi ke posisi
1. Berikan penjelasan kepada klien maksud dan tujuan di lakukan tindakan mobilisasi ke posisi
lateral.
2. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan untuk membatasi penyebaran kuman
3. Pindahkan segala rintangan sehingga perawat leluasa bergerak.
4. Siapkan peralatan yang di perlukan.
5. Yakinkan bahwa klien cukup hangat dan privasi terlindungi.
2. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan untuk membatasi penyebaran kuman
3. Pindahkan segala rintangan sehingga perawat leluasa bergerak.
4. Siapkan peralatan yang di perlukan.
5. Yakinkan bahwa klien cukup hangat dan privasi terlindungi.
Saran –
saran atau hal – hal yang harus di perhatikan :
1. Perawat harus mengetahui teknik mobilisasi yang benar
2. Bila klien terlalu berat pastikan mencari pertolongan
3. Tanyakan kepada dokter tentang indikasi dan kebiasaan dilakukannya mobilisasi
1. Perawat harus mengetahui teknik mobilisasi yang benar
2. Bila klien terlalu berat pastikan mencari pertolongan
3. Tanyakan kepada dokter tentang indikasi dan kebiasaan dilakukannya mobilisasi
Persiapan
alat :
1. Satu bantal penopang lengan
2. Satu bantal penopang tungkai
3. Bantal penopang tubuh bagian belakang
1. Satu bantal penopang lengan
2. Satu bantal penopang tungkai
3. Bantal penopang tubuh bagian belakang
Cara
kerja :
1.
Angkat / singkirkan rail pembatas tempat tidur pada sisi di mana perawat akan
melakukan
mobilisasi
2.
Pastikan posisi pasien pada bagian tengah tempat tidur, posisi supinasi lebih
mudah bila di
lakukan mobilisasi lateral
3.
Perawat mengambil posisi sebagai berikut :
a) Perawat mengambil posisi sedekat
mungkin menghadap klien di samping tempat tidur lurus
pada bagian abdomen klien sesuai arah posisi lateral (misalnya; mau
memiringkan kekanan
,maka perawat ada di samping kanan klien
b) Kepala tegak dagu di tarik ke
belakang untuk mempertahankan punggung pada posisi
tegak.
c) Posisi pinggang tegak untuk
melindungi sendi dan ligamen.
d) Lebarkan jarak kedua kaki untuk
menjaga kestabilan saat menarik tubuh klien
e) Lutut dan pinggul tertekuk /
fleksi
4.
Kemudian letakan tangan kanan lurus di samping tubuh klien untuk mencegah klien
terguling
saat di tarik ke posisi lateral (sebagai
penyangga).
5.
Kemudian letakan tangan kiri klien menyilang pada dadanya dan tungkai kiri
menyilang diatas
tungkai kanan dengan tujuan agar memberikan
kekuatan sat di dorong.
6.
Kemudian kencangkan otot gluteus dan abdomen serta kaki fleksi bersiap untuk
melakukan
tarikan terhadap tubuh klien yakinkan
menggunakan otot terpanjang dan terkuat pada tungkai
dengan tujuan mencegah trauma dan menjaga
kestabilan.
7.
Letakan tangan kanan perawat pada pangkal paha klien dan tangan kiri di letakan
pada bahu
klien.
8.
Kemudian tarik tubuh klien ke arah perawat dengan cara :
a) Kuatkan otot tulang belakang dan
geser berat badan perawat ke bagian pantat dan kaki.
b) Tambahkan fleksi kaki dan pelfis
perawat lebih di rendahkan lagi untuk menjaga
keseimbangan dan ke takstabil
c) Yakinkan posisi klien tetap nyaman
dan tetap dapat bernafas lega
9.
Kemudian atur posisi klien dengan memberikan ganjaran bantal pada bagian yang
penting
sebagai berikut :
a) Tubuh klien berada di sampingdan
kedua lengan berada di bagian depan tubuh dengan
posisi fleksi, berat badan klien
tertumpu pada bagian skakula dan illeum. Berikan bantal
pada bagian kepala agar tidak terjadi abduksi dan adduksi ada sendi
leher.
b) Kemudian
berikan bantal sebagai ganjalan antara kedua lengan dan dada untuk mencegah
keletihan otot dada dan terjadinya lateral fleksi serta untuk mencegah /
membatasi fungsi
internal rotasi dan abduksi pada bahu dan lengan atas.
10.
Berikan ganjalan bantal pada bagian belakang tubuh klien bila di perlukan untuk
memberikan
posisi yang tepat
11.
Rapikan pakayan dan linen klien serta bereskan alat yang tidak di gunakan.
12.
Dokumentasikan tindakan yang telah di kerjakan.