Marlisa,S.Kep,Ns,M.Kep
I. DEFENISI
Stroke
:
Adalah
disfungsi neurologi akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul
secara mendadak (dalam beberapa detik) atau timbul secara cepat (dalam beberapa
jam) dengan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal yang terganggu.
Stroke :
defisit
neurologi yang mempunyai awitan mendadak dan berlangsung 24 jam sebagai akibat
dari CVD. Hampir sekitar 3/4 stroke
akibatkan oleh obstruksi vaskular
(trombi atau emboli), mengakibatkan iskemia dan infark. Sekitar 1/4 kasus
stroke adalah haemorhagi, yang
diakibatkan oleh penyakit vaskular hipertensif (yang menyebabkan haemoragi
intraserebral), ruptur aneurisme, atau malformasi arteriovenosa (AVM).
II. ETIOLOGI :
A. Trombosis,
biasanya disebabkan oleh kerusakan lokal dinding pemuluh darah akibat
aterosklerosis dan hipertensi.
B. Embolisme,
akan mengakibatkan keadaan yang terjadi perlahan-lahan sehingga pembuluh
anatomosis tidak mempunyai kesempatan melebar dan mengkompensasi.
C. Perdarahan
cerebri.
III. PATOFISIOLOGI
Perdarahan
cerebri termasuk urutan ketiga dari semua penyebab utama kasus GPDO (gangguan
pembuluh darah otak) . Perdarahan intrakranial biasanya disebabkan oleh ruptura arteria serebri. Ekstravasasi
darah terjadi didaerah otak dan /atau subaraknoid, sehingga jaringan yang
terletak disekitarnya akan tergeser dan tertekan.Darah ini sangat mengiritasi
jaringan otak, sehingga menyeakan vasospasme pada arteria disekitar perdarahan.
Spasme ini dapat menyebar keseluruh hemisfer otak. Bekuan darah yang semula
lunak dan menyerupai selai merah akhirnya akan terlarut dan mengecil, sehingga
otak otak yang terletak disekitar tempat bekuan dapat membengkak dan mengalami
nekrosis.
IV. KLASIFIKASI:
1. Stroke
Haemorhagi
Disebabkan oleh pecahnya oleh pemuluh darah otak pada fokal tertentu sehingga menyebabkan perdarahan yang
akan menekan otak.
2.
Stroke Non Haemorhagi.
Disebabkan oleh adanya iskemia, suplai
darah keotak menurun yang dapat menyebabkan
hipoksia , anoksia dan hipoglikemia
sehingga dapat menimbulkan infark pada bagian otak yang
terkena. Terbagi 3 bagian yaitu :
·
TIA (Transient Iskhemik Attar)
Gangguan neurologik setempat yang
terjadi selama beberapa detik sampai beberapa jam .Gejala yang munculakan
hilang dengan spontan dan sempurna dalam tempo 12 -14 jam
·
Stroke in Evolution.
Stroke yang sedang berjalan, muncul
gejala neurologi yang makin lama makin bertambah dan memburuk. Proses
berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari.
·
Stroke Komplit
Didahului TIA yang berulang-ulang dan
stroke in evolution merupakan bentuk kelainan neurologik yang sudah menetap.
V.PENATALAKSANAAN:
1.
Terapi pengobatan.
A. Pada Haemorhagik : - pemberian obat
Antifibrinolitik
-
pemberian obat anti odema otak
B. Pada Infark / Non Haemorhagik :
- Pemberian anti odema otak
- Pemberian anti agregasi platelet
atau anti koagulan
- Perbaikan metabolisme Otak.
2.
Tindakan Perawatan .
·
Membebaskan jalan nafas
·
Menjaga tekanan darah yang mencukupi
kebutuhan otak
·
Mencegah / mengurangi edema otak
·
Memperhatikkan miksi dan keseimbangan
cairan
·
Memperhatikan defekasi dan nutrisi.
3.
Terapi operatif
4.
Pencegahan
VI. KOMPLIKASI.
·
Hernia otak
·
Aspirasi, atelektasis
·
Gagal nafas
·
Kontraktur
·
Disritmia jantung
VII.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK /
LABORATORIUM.
Þ
Angiografi cerebral membantu
menentukan penyea stroke secara specifik seperti perdarahan atau obstruksi
arteri, adanya titik oklusi atau ruptur.
Þ
CT-scan: memperlihatkan
adanya edema, hematoma, iskemia dan infark.
Þ
Lumbal Punksi
: menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya ada trombosis, emboli serebral
dan TIA. Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukkkan adanya
haemorhagik. Subaraknoid atau perdarahan intra kranial kadar protein total
meningkat pada kasus trombosis sempai dengan adanya proses inflamasi.
Þ
MRI
: Menunjukkan daerah yang mengalami infark, haemorhagik, malformasi arteriavena
(MAV) .
Þ
USG Dopler : Mengidentifikasi penyakit
arteriovena.
Þ
EEG : Identifikasi masalah didasarkan
pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
Þ
Sinar X tengkorak: Menggambarkan
perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawanan dari massa yang
meluas : klasifikasi karotis interna
terdapat pada tromosis sereral : Klasifikasi Partial dinding aneurisme pada
perdarahan subaraknoid.
Þ
Perlakuan khusus :
*
Penilaian GCS -> mata = 4 , motorik
= 6, verbal = 3 . total nilai (sadar) = 5 keseluruhan bila < 9 = koma.
*
Penilaian kekuatan otot :
0. =
Tidak ada kontraksi otot
1. =
Terjadi kontraksi otot tanpa gerakan yang nyata
2. =
Terdapat gerakan otot melampaui suatu bagian lengkungan gerkan, melawan
gaya berat
3. =
Terdapat gerakan yang memenuhi satu lengkung gerakan melawan gaya berat
ditambah
dengan sejumlah beban / tahanan.
4. =
Terdapat gerakan yang memenuhi satu lengkung gerakan melawan gaya berat
ditambah
dengan sejumlah beban / tahanan
5. =
Otot mampu untuk melawan seluruh gaya gerakan yang dimaksud.
*
Tonus otot, dapat dinilai dengan :
1.Gerakan
penduler tungkai
2.Rest
menjatuhkan lengan
3.Rest
menjatuhkan kepala
VIII. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian :
à
Aktifitas / Istirahat.
Subjek
:
|
·
merasa sulit melaksanakan aktifitas
karena kelemahan, kehilangan sensasi atau paralisis.
|
Objek
:
|
·
Gangguan tonus otot, paralitik dan
terjadi kelemahan umum,gangguan penglihatan, gangguan tingkat kesadaran.
|
à
Sirkulasi :
Subjek
:
|
·
adanya penyakit jantung, polisitemia,
riwayat hipotensi postural.
|
Objek
:
|
·
Hipertensi arterial, disritmia
(perubahan EKG), desiran pada karotis, femoralis, dan arteri iliaka yang
abnormal.
|
à
Integritas Ego
Subjek
:
|
·
Perasaan tidak berdaya, perasaan
putus asa.
|
Objek
:
|
·
Emosi yang labil dan ketidaksiapan
untuk marah, sedih, dan gembira, kesulitan untuk mengeklspressikan diri.
|
à
Eliminasi :
Subjek
:
|
·
Perubahan pola berkemih (seperti inkontinensia
urine, anuria), distensi abdomen, bising usus negatif
|
à
Makanan / Cairan :
Subjek
:
|
·
nafsu makan hilang, mual-muntah
selama fase akut, kehilangan sensasi pada lidah, pipi, adanya riwayat
diabetes
|
Objek
:
|
·
Kesulitan menelan, obesitas
|
à
Neurosensori :
Subjek
:
|
·
Sakit kepala, pusing, kelemahan /
kesemutan / kebas, penglihatan manurun, gangguan rasa pengecapan dan
penciuman.
|
Objek
:
|
·
Status mental / tingkat kesadaran,
afosia, pada wajah terjadi paralisis, kehilangan kemampuan menggunakan
motorik saat pasien ingin menggerakkannya, kekakuan
|
à
Nyeri / Kenyamanan :
Subjek
:
|
·
Sakit kepala dengan intensitas yang
berbeda-beda
|
Objek
:
|
·
Tingkah laku yang tidak stabil,
gelisah, afosia
|
à
Pernafasan :
Subjek
:
|
·
Merokok
|
Objek
:
|
·
Ketidakmampuan menelan / batuk /
hambatan jalan nafas, timbulnya pernafasan yang sulit, suara nafas terdengar
/ ronchi.
|
à
Kemanan :
Objek
:
|
·
Notorik / sensorik, perubahan
persepsi terhadap orientasi, tidak mengenali obyek. Gangguan berespons
terhadap panas / dingin, kesulitan dalam menelan, gangguan dalam memutuskan,
perhatian sedikit terhadap keamanan, tidak sabar / kurang sabar
|
à
Interaksi Sosial :
Objek
:
|
·
Masalah bicara, ketidakmampuan untuk
berkomunikasi
|
à
Penyuluhan / Pembelajaran :
Subjek
:
|
·
Adanya riwayat HT pada keluarga,
stroke, penggunaan kontrasepsi oral, kecanduan alkohol
|
Diagnosa Keperawatan
Perubahan
ferfusi jaringan b/d Interupsi aliran darah
Tujuan :
|
Fungsi neurologis normal, dampak
perubahan fungsi normal, sirkulasi otak normal
|
Intervensi :
(Mandiri)
|
1. Tentukan
faktor-faktor yang b/d keadaan / penyebab khusus selama koma dan potensial
terjadinya peningkatan TIK
2. Pantau
/ catat neurologis sesering mungkin dan bandingkan keadaannya dengan keadaan
normal / standard
3. Pantau
tanda-tanda vital
4. Pertahankan
keadaan tirah baring
Kolaborasi :
1. Berikan
O2 sesuai indikasi
2. Berikan
obat sesuai indikasi
|
Rasional :
|
1.
Mempengaruhi penerapan intervensi
2.
Mengetahui kecenderungan tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK
3.
Variasi mungkin terjadi o/k tekanan / trauma serebral pada daerah vasomotor
otak
4.
Aktifitas / stimulasi yang kontinudapat meningkatkan TIK. Istirahat total dan
ketenangan mungkin diperlukan untuk pencegahan
|
|
Kolaborasi :
1. Menurunkan
hipoksia yang dapat menyebabkan vasodilatasi serebral dan tekanan meningkat /
terbentuknya edema
2. Dapat
digunakan untuk meningkatkan / memperbaiki aliran darah serebral
|
Gangguan
mobilitas fisik b/d kerusakan perseptual / kognitif
Tujuan :
|
Mampu menggerakkan anggota tubuh
secara aktif / pasif
|
Intervensi :
|
1. Kaji
kemampuan secara fungsional / luasnya kerusakan awal dan dengan cara yang
teratur
2. Ubah
posisi minimal setiap 2 jam
3. Sokong
ekstremitas dalam fungsi / posisi fungsionalnya, gunakan papan kaki selama
periode paralisis flaksid
4. Tinggikan
tangan dan kepala
Kolaborasi :
1. Konsultasikan
dengan ahli fisioterapi secara aktif
2. Bantulah
dengan stimulasi elektrik, seperti TENS sesuai indikasi
|
Rasional :
|
1.
Mengidentifikasi kekuatan / kelemahan
dan dapat memberikan informasi mengenai pemulihan
2.
Menurunkan resiko terjadinya trauma iskemia jaringan
3.
Mencegah kontraktur / foot-drop dan memfasilitasi kegunaannya jika berfungsi
kembali
4.
Meningkatkan aliran balik vena dan membantu mencegah terbentuknya edema
Kolaborasi
:
1. Program
yang khusus dapat dikembangkan untuk menemukan kebutuhan yang berarti /
menjaga kekurangan tersebbut dalam
keseimbangan
2. Dapat
membantu memulihkan kekuatan otot dan meningkatkan kontrol otot volunter
|
Gangguan
komunikasi verbal b/d kerusakan sirkulasi serebral
Tujuan :
|
Pasien dapat berkomunikasi dengan
tepat sesuai dengan keadaannya
|
Intervensi :
|
1. Kaji
tipe / derajat disfungsi, seperti pasien tidak tampak memahami kata atau
mengalami kesulitan berbicara
2. Bedakan
antara afasia dan dis-artria
3. Mintalah
pasien untuk mengikuti perintah sederhana, ulangi dengan kata / kalimat
sederhana
4. Bicaralah
dengan nada normal, dan hindari percakapan yang cepat
5. Bicaralah
secara langsung dengan pasien, perlahan dan tenang
|
Rasional :
|
1.
Membantu menentukan daerah dan derajat kerusakan serebral yang terjadi dan
kesulitanpasien dalam beberapa atau seluruh tahap komunikasi
2.
Intervensi yang dipilih tergantung pada tipe kerusakannya
3.
Melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan sensorik
4.
Pasien tidak perlu merusak pendengaran, dan meninggikan suara dapat
menimbulkan marah pasien / menyebabkan kepedihan
5.
Menurunkan kebingungan / ansietas selama proses komunikasi dan berespons pada
informasi yang lebih banyak pada satu waktu tertentu
|
Kurang
perawatan diri b/d penurunan kekuatan dan ketahanan
Tujuan :
|
Pasien dapat menolong diri sendiri
sesuai kebutuhannya, dan dapat mengungkapkan kebutuhannya
|
Intervensi :
|
1. Kaji
kemampuan dan tingkat kekurangan untuk melakukan kebutuhan sehari-hari
2. Pertahankan
dukungan, dengan sikap yang tegas
3. Berikan
umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukannya atau
keberhasilannya
4. Hindari
melakukan sesuatu untuk pasien yang dapat dilakukan pasien sendiri, tetapi
berikan bantuan sesuai kebutuhan
|
Rasional :
|
1.
Membantu dalam mengantisipasi / merencanakan pemenuhan kebutuhan secara
individual
2.
Pasien akan memerlukan empati, untuk mengetahui pemberi asuhan yang akan
membantu pasien secara konsisten
3.
Meningkatkan perasaan makna diri
4. Pasien mungkin menjadi sangat
ketakutan dan sangat tergantung
|
Gangguan
harga diri b/d perubahan biofisik
Tujuan :
|
Pasien dapat menerima keadaan,
kooperatif, dapat meningkatkan harga diri, dapat mengekspressikan pikiran dan
perasaannya
|
Intervensi :
|
1. Kaji
luasnya gangguan persepsi dan hubungkan dengan derajat ketidakmampuan
2. Identifikasi
arti dari kehilangan
3. Catat
apakah pasien menunjuk daerah yang sakit ataukah pasien mengeluhkan daerah
tsb.
4. Dorong
orang terdekat agar memeri kesempatan untuk melakukan sesuatu seanyak mungkin
bagi dirinya sendiri.
|
Rasional :
|
1.
Penentuan faktor-faktor secara indivvidu membantu dalam mengembangkan
perencanaan asuhan / pilihan intervensi
2.
Kadang-kadang pasien menerima dan mengatasi gangguan fungsi secara efektif
dengan sedikit penanganan
3.
Menunjukkan penolakan terhadap agian tubuh tertentu / perasaan negatif
terhadap citra tubuh dan kemampuan, menandakan perlunya intervensi dan
dukungan emosional
4.
Membangun kembali rasa kemandirian dan menerima kebanggaan diri dan
meningkatkan proses rehabilitasi
|
Kurang
pengetahuan mengenai kondisi pengobatan b/d keterbatasan kognitif
Tujuan :
|
Pasien / keluarga mengerti tentang
tujuan pengobatan
|
Intervensi :
|
1. Evaluasi
tipe / derajat dari gangguan persepsi-sensori
2. Diskusikan
keadaan patologis yang khusus dan kekuatan pada individu
3. Tinjau
ualng / pertegas kembali pengobatan yang diberikan
4. Rujuk
pada perencanaan pemulihan / pengawasan perawatan di rumah dengan mengunjungi
perawat
5. Rujuk
/ tegaskan perlunya evaluasi dengan tim ahli rehabilitasi, seperti ahli
fisioterapi
|
Rasional :
|
1.
Defisit mempengaruhi pilihan metode pengajaran dan isi / kompleksitas
instruksi
2.
Membantu dalam membangun harapan yang realistis dan meningkatkan pemahaman
terhadap keadaan dan kebutuhan saat ini
3.
Aktifitas yang dianjurkan, pembatasan dibuat atas dasar pendekatan
4.
Lingkungan rumah mungkin memerlukan evaluasi dan modifikasi untuk kebutuhan individu
5. Kerja yang baik diharapkan dapat
meminimalkan adanya gejala tsb.
|
saran dikit. kalo bisa lebih baik lagi dicantumi daftar pustaka. agar lebih legal n ilmiah apa yg anda posting.
BalasHapustq...
ok thanks
Hapus