By:
Marlisa,S.Kep,Ns,M.Kep
I. PENGERTIAN WSD
Water Seal Drainage ( WSD ) merupakan suatu
intervensi yang penting untuk memperbaiki pertukaran gas dan pernapasan pada
periode pasca operatif yang dilakukan pada daerah thorax khususnya pada masalah
paru-paru.
WSD
adalah suatu tindakan invansif yang dilakukan dengan memasukan suatu kateter/
selang kedalam rongga pleura ,rongga thorax,mediastinum dengan maksud untuk
mengeluarkan udara, cairan termasuk darah dan pus dari rongga tersebut agar
mampu mengembang atau ekspansi secara normal.
Bedanya tindakan WSD dengan tindakan punksi atau thorakosintesis adalah
pemasangan kateter / selang pada WSD berlangsung lebih lama dan dihubungkan
dengan suatu botol penampung.
Macam-Macam metode dari WSD
:
a.
Sistem
WSD Botol Tunggal
Sistem
ini terdiri dari satu botol dengan penutup segel. Penutup mempunyai dua lubang,
satu untuk ventilasi udara dan lubang yang lain memungkinkan selang masuk
kedalam botol.
Keuntungan :
·
Penyusunan
sederhana
·
Memudahkan
untuk mobilisasi pasien
Kerugian
:
·
Saat
melakukan drainage, perlu kekuatan yang lebih besar dari ekspansi dada
untuk
mengeluarkan cairan / udara
·
Untuk
terjadinya aliran kebotol, tekanan pleura harus lebih tinggi dari tekanan dalam
botol
·
Kesulitan
untuk mendrainage udara dan cairan secara bersamaan.
b.
Sistem
WSD Dua Botol
Pada
sistem dua botol, botol pertama adalah sebagai botol penampung dan yang kedua
bekerja sebagai water seal. Pada sistem dua botol, penghisapan dapat dilakukan
pada segel botol dalam air dengan menghubungkannya ke ventilasi udara.
Keuntungan :
·
Mampu
mempertahankan water seal pada tingkat yang konstan
·
Memungkinkan
observasi dan tingkat pengukuran jumlah drainage yang keluar dengan
baik
·
Udara
maupun cairan dapat terdrainage secara bersama-sama .
Kerugian
:
·
Untuk
terjadinya aliran, tekanan pleura harus lebih tinggi dari tekanan botol
·
Mempunyai
batas kelebihan kapasitas aliran udara sehingga dapat terjadi kebocoran
udara.
c.
Sistem
WSD Tiga Botol
Pada
sistem tiga botol, sistem dua botol ditambah dengan satu botol lagi yang
berfungsi untuk mengatur / mengontrol jumlah drainage dan dihubungkan dengan
suction. Pada sistem ini yang terpenting adalah kedalaman selang dibawah air
pada botol ketiga. Jumlah penghisap didinding yang diberikan botol ketiga harus
cukup untuk menciptakan putaran-putaran lembut gelembung dalam botol.
Gelembung yang kasar menyebabkan kehilangan air, mengubah tekanan
penghisap dan meningkatkan tingkat kebisingan .
Keuntungan :
·
Sistem
paling aman untuk mengatur penghisapan
Kerugian :
·
Perakitan
lebih kompleks sehingga lebih mudah terjadi kesalahan pada pada perakitan
dan pemeliharaan
·
Sulit
untuk digunakan jika pasien ingin melakukan mobilisasi
d.
Sistem WSD sekali pakai / disposable
Jenis-jenisnya :
Ø
Pompa penghisap Pleural
Emerson
Merupakan
pompa penghisap yang umum digunakan sebagai pengganti penghisap di dinding.
Pompa Penghisap Emerson ini dapat dirangkai menggunakan sistem dua atau tiga
botol.
Keuntungan
:
·
Plastik
dan tidak mudah pecah
·
Mahal
·
Kehilangan
water seal dan keakuratan pengukuran drainage bila unit terbalik.
Ø
Fluther valve
Keuntungan
:
·
Ideal
untuk transport karena segel air dipertahankan bila unit terbalik
·
Kurang
satu ruang untuk mengisi
·
Tidak
ada masalah dengan penguapan air
·
Penurunan
kadar kebisingan
Kerugian
:
·
Mahal
·
Katup
berkipas tidak memberikan informasi visual pada tekanan intra pleural karena
tidak adanya fluktuasi air pada ruang water
seal.
Ø
Calibrated spring
mechanism
Keuntungan
:
·
Mampu
mengatasi volume yang besar
Kerugian
·
Mahal
Gambar sistem WSD disposable :
2. INDIKASI
, TUJUAN DAN LOKASI PEMASANGAN WSD
a.
Indikasi
1. Pneumothoraks
yang disebabkan oleh :
-
Spontan
> 20 % karena rupture bleb
-
Luka
tusuk tembus
-
Klem
dada yang terlalu lama
-
Kerusakan
selang dada pada sistem drainage
2. Hemothoraks
yang disebabkan oleh :
-
robekan
pleura
-
kelebihan
antikoagulan
-
pasca
bedah thoraks
3. Empyema
disebabkan oleh :
-
Penyakit
paru serius
-
Kondisi
inflamasi
4. Bedah
paru karena :
-
Ruptur
pleura sehingga udara dapat masuk kedalam rongga pleura
-
Reseksi
segmental. Misalnya : pada tumor paru , TBC
-
Lobectomy.
Missal : pada tumor paru, abses, TBC
-
Pneumektomi.
5. Efusi
pleura yang disebabkan oleh :
-
Post
operasi jantung
b.
Tujuan
1.
Memungkinkan
cairan ( darah, pus, efusi pleura ) keluar dari rongga pleura
2.
Memungkinkan
udara keluar dari rongga pleura
3.
Mencegah
udara masuk kembali ke rongga pleura ( reflux drainage) yang dapat
menyebabkan pneumotoraks
4.
Mempertahankan
agar paru tetap mengembang dengan jalan mempertahankan tekanan
negatif pada intra pleura.
c.
Lokasi
1)
Apikal
-
Letak
selang pada intercosta III midclavicula
-
Dimasukan
secara anterolateral
-
Fungsi
: Untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura
2)
Basal
-
Letak
selang pada intercosta V-VI atau intercosta VIII-IX midaksilaler
-
Fungsi
: Untuk mengeluarkan cairan dan rongga pleura
3. KONSEP
FISIOLOGI TINDAKAN WSD TERHADAP TUBUH
Paru-paru disokong dalam rongga dada oleh tekanan negative. Tekanan
negative ini dibuat oleh dua kekuatan yang berlawanan. Pertama kecenderungan
dinding dada untuk mengembang kedepan dan belakang. Kedua adalah kecenderungan
jaringan alveolar elastis untuk berkontraksi.
Analogi adalah dua lapisan mikroskopik yang saling
mengikat tetesan air yang terletak diantaranya.
Kedua lapisan tersebut adalah lapisan visceral dan
lapisan pleural parietal. Tetesan air adalah cairan pleura.
Sesuai analogi lapisan tersebut, upaya kekuatan yang
berlawanan untuk menarik pleura pada arah yang berbeda. Terjadinya tekanan paru
negative yang mengikat paru dengan kencang pada dinding dada akan mencegah paru
menjadi kolaps.Selama inspirasi, tekanan intrapleura akan menjadi lebih
negative. Pada ekspirasi, tekanan menjadi kurang negatif.
4.
PENGKAJIAN
a.
Sirkulasi
-
Taki
kardi, irama jantung tidak teratur ( aritmia )
-
Suara
jantung III, IV, galop / gagal jantung sekunder
-
Hipertensi
/ hipotensi
b.
Nyeri
Subyektif
:
-
Nyeri
dada sebelah
-
Serangan
sering tiba-tiba
-
Nyeri
bertambah saat bernafas dalam
-
Nyeri
menyebar ke dada, badan dan perut
Obyektif
-
Wajah
meringis
-
Perubahan
tingkah laku ( pergerakan hati-hati pada daerah yang sakit, prilaku
distraksi )
c.
Respirasi
Subyektif
:
-
Riwayat
sehabis pembedahan dada, trauma
-
Riwayat
penyakit paru kronik, peradangan, infeksi paru, tumor, biopsi paru.
-
Kesulitan
bernafas
-
Batuk
Obyektif
:
-
Takipnoe
-
Peningkatan
kerja nafas, penggunaan otot bantu dada, retraksi interkostal.
-
Fremitus
menurun pada sisi yang abnormal
-
Perkusi
dada : hipersonor
-
Pada
inspeksi dan palpasi dada tidak simetris
-
Pada
kulit terdapat sianosis, pucat, krepitasi subkutan daerah dada, berkeringat,
d.
Rasa aman
-
Riwayat
fraktur / trauma dada
-
Kanker
paru, riwayat radiasi / khemotherapi
e.
Integritas ego
-
cemas,
ketakutan, gelisah
f.
Pengetahuan
-
Riwayat
keluarga yang mempunyai resiko tinggi seperti TB, Ca.
-
Pengetahuan
tentang penyakit, pengobatan, perawatan.
5.
DIAGNOSIS KEPERWATAN
YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Nyeri
akut berhubungan dengan tindakan insisi pemasangan WSD
DS
:
-
mengatakan
nyeri dada sebelah
-
serangan
nyeri sering tiba-tiba
-
nyeri
bertambah saat bernapas dalam
-
nyeri
menyebar kedada,badan dan perut
DO
:
-
wajah
tampak meringis
-
perubahan
prilaku (pergerakan hati-hati pada daerah yang sakit, prilaku distraksi )
-
Perubahan
tanda-tanda vital terutama nadi biasanya meningkat.
2. Pola
napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru akibat
penumpukan cairan/ udara,nyeri luka
insisi, ditandai dengan
DS
:
-
klien
mengatakan mempunyai riwayat pembedahan dada,trauma
-
Riwayat
penyakit paru kronik,peradangan paru, tumor paru,
-
Mengatakan
sulit bernapas akibat nyeri
-
batuk-batuk.
DO
:
-
Takipnea
-
Peningkatan
kerja napas, penggunaan otot Bantu pernapasan,retraksi intercosta
-
Perkusi
dada : Hipersonor
-
Pada
inspeksi dan palpasi pergerakan dada tidak simetris
-
Pada
kulit terjadi sianosis, pucat, berkeringat dan terjadi krepitasi subcutan
daerah
dada.
3. Sindrome
kurang perawatan diri berhubungan dengan nyeri dan pola napas tidak efektif
akibat
pemasangan selang WSD ditandai dengan
DS :
-
Klien
mengungkapkan nyeri pada saat melakukan mobilisasi
-
Klien
mengungkapkan tidak dapat memenuhi ADL nya karena nyeri dan sesak
DO :
-
Klien
tampak membatasi pergerakanya dan tidak mampu memenuhi ADL nya
-
Pada
daerah thoraks terpasang selang WSD
4.
Cemas
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang tindakan WSD, ditandai
dengan
DS :
-
Klien
mengatakan cemas dan takut dengan keadaanya yang terpasang selang
-
Klien
mengatakan tidak mengerti tentang fungsi,cara perawatan dan semua yang
berkaitan dengan tindakan WSD
DO :
-
Klien
tampak cemas,
-
Klien
tampak gelisah dan ketakutan.
5.
Resiko
infeksi berhubungan dengan tindakan insisi / invansif akibat pemasangan
selang
WSD ditandai dengan :
DS : -
DO :
-
Terdapat
luka insisi pemasangan selang WSD pada daerah thoraks
7.
PERSIAPAN ALAT PROSEDUR
TINDAKAN PEMASANGAN WSD
a.
Kasa
steril
b.
Sarung
tangan steril dan masker
c.
Motor
suction
d.
Duk
steril
e.
Sumber
cahaya
f.
Sedative
( jika siperlukan )
g.
Lidokain
1 % tanpa epinephrine ( 20 ml )
h.
Spuit
ukuran 10 ml dengan needle no 18 dan 23
i.
Tube
/ selang WSD no 28 atau 36 french ( untuk dewasa ) steril
j.
Sistem
drainage dan penyedot/suction ( pompa emerson )
k.
Botol
penampung berisis cairan antiseptic ( jumlah botol tergantung dengan sistem WSD
yang akan dipakai )
l.
Tabung
oksigen dan kanul oksigen
m.
mata
pisau scalpel dan tangkainya no 10 dan no 11
n.
Naalpocdes,Klem,duk
berlubang steril.
o.
Trocart
p.
Klem
mosquito 6 buah
q.
Klem
Kelly bengkok yang besar
r.
Gunting
jaringan 2 buah
s.
Gunting
jahitan 2 buah
t.
Gunting
diseksi bengkok metsenbaum 2 buah
u.
Forsep
jaringan dengan dan tanpa gigi 2 buah
v.
Plester
/ hipavik
w.
Benang
jahitan
1)
no
2-0, 30 silk jarum kulit ( cutting needle )
2)
no
2-0, 30 silk dengan jarum jaringan ( taxen needle)
x.
bengkok
/ tempat sampah
y. gunting
plester dan betadine
8.
PERSIAPAN LINGKUNGAN
DAN PERSIAPAN KLIEN
Persiapan lingkungan
a.
Selalu
menjaga privacy klien
b.
Atur
pencahayaan ruangan dan sirkulasi udara tempat tindakan
c.
Ciptakan
suasana lingkungan yang bersih,nyaman dan tenang
Persiapan klien
a. Beritahu klien
tentang tujuan tindakan dan prosedur tindakan pemasangan WSD
b. Posisikan pasien pada
posisi supinasi / fowler tergantung pada tempat yang akan diinsisi
untuk pemasangan WSD
9.
PROSEDUR KERJA
PEMASANGAN WSD
a.
Kaji
airway,breathing dan circulation klien
b.
Lakukan
tindakan untuk melindungi airway,dengan membebaskan jalan napas
c.
Lakukan
tindakan pemasangan O2 sesuai yang dibutuhkan’
d.
Pasang
intravena line untuk menjaga sirkulasi
e.
Kaji
klien terhadap kemungkinan adanya cidera pada dada seperti adanya :
1)
Memar
pada dada / abdomen
2)
Tanda
luka dalam atau luar
3)
Kesimetrisan
dan bentuk dada
4)
Menggunakan
otot Bantu napas
5)
Retraksi
dada
6)
Suara
napas.ada tidaknya Hipersonor
7)
Adanya
nyeri
8)
Adanya
emphysema subcutan
f.
Kaji
adanya tanda-tanda komplikasi pernapasan
g.
Periksa
nilai Analisa gas darah ( AGD )
h.
Hadirkan
ahli terapi pernapasan jika diperlukan
i.
Kaji
apakah klien ada allergi dengan obat-obatan atau betadine
j.
Jelaskan
prosedur tindakan kepada klien dan keluarga
k.
Posisikan
klien dengan posisi fowler atau supinasi atau miring dengan sisi yang sehat
mengarah ketempat tidur dan posisi tangan
diangkat keatas kepala.
l.
Tentukan
lokasi insisi tempat pemasangan selang,cuci tangan.
1. Apikal
-
Letak
selang pada intercosta III midclavicula
-
Dimasukan
secara anterolateral
-
Fungsi
: Untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura
2.
Basal
-
Letak
selang pada intercosta V-VI atau intercosta VIII-IX midaksilaler
-
Fungsi
: Untuk mengeluarkan cairan dan rongga pleura
m. Lakukan
tindakan asepsis dan anti sepsis pada daerah pemasangan WSD dengan betadine
n. Berikan
anastesi local dengan lidokain 1 % tanpa epineprin 20 ml
o. Lakukan
sayatan/ insisi pada kulit yang telah ditentukan sampai batas subcutis
p. Buatlah
terowongan/lubang dengan spuit 110 ml diatas tepi iga/intercosta sampai
menembus
pleura,dengan tanda cairan akan menyemprot keluar
q. Masukkan
selang berukuran 28-36 french untuk mengeluarkan darah / nanah. Bila
mengeluarkan
udara maka ukuran selang akan lebih kecil
r.
Hubungkan
selang WSD dengan sistem botol yang sudah diberi cairan antiseptik
sebanyak
± 20 cm
s.
Lakukan
penjahitan atau heating pada tempat insisi dan lakukan disinfeksi dengan
betadin,fiksasi
selang kekulit dengan kasa steril kemudian plester.
t.
Rapikan
klien dan rapikan alat-alat
u. Cuci
tangan dengan teknik aseptic.
10.
HAL-HAL YANG PERLU
DIPERHATIKAN
a.
Kaji
vital sign klien selama pemasangan WSD
b.
Gunakan
selang berbahan karet dan harus tertutup dari kemungkinan masuknya udara
luar.
c.
Botol tidak boleh ditempatkan lebih
tinggi dari tempat pemasangan selang kecuali pada
keaadan
diklem
d.
Selang hanya boleh diklem dalam waktu
beberapa menit untuk mencegah terjadinya
tekanan
positif pada rongga pleura
e.
Pemasangan
dilakukan dengan teknik steril
f.
Lakukan
pendokumentasian yang meliputi waktu pemasangan WSD, jumlah cairan yang
dilkeluarkan, warna dan respon klien
terhadap pemasangan WSD.
11.
PERAWATAN WSD
a.
Mengisi
bilik water seal dengan air steril sampai batas ketinggian yang sama dengan 2
cm
H2O
b.
Jika digunakan penghisap,isi bilik
control penghisap dengan air steril sampai ketinggian
20
cm atau aesui yang diharuskan
c.
Pastikan
bahwa selang tidak terlipat,menggulung atau mengganggu gerakan klien
d.
Berikan
dorongan klien untuk mencari posisi yang nyaman dan pastikan selang tidak
tertindih.
e.
Lakukan latihan rentang gerak untuk
lengan dan bahu dari sisi yang sakit beberapa kali
sehari
f.
Dengan perlahan pijat selang,pastikan
adanya fluktuasi dari ketinggian cairan dalam bilik
WSD yang menandakan aliran masih lancer.
g.
Amati adanya kebocoran terhadap udara
dalam sistem drainage sesuai yang diindikasikan
oleh
gelembung konstan dalam bilik WSD
h.
Observasi dan laporkan adanya pernapasan
cepat,dangkal,sianosis, adanya emfisema
subcutan, gejala-gejala hemoragi,dan perubahan
yang signifikan pada tanda-tanda vital
i.
Anjurkan
klien mengambil napas dalam dan batuk pada interval yang teratur dan efektif
j.
Jika
klien harus dipindahkan kearea lain,letakkan botol dibawah ketinggian dada.
Jika
selang terlepas,gunting ujung yang
terkontaminasi dari selang dada dan selang.Pasang
konektor steril dalam selang dada dan
selang ,sambungkan kembali kesistem drainage.
JANGAN mengklem WSD selama memindahkan
klien.
k.
Ganti
botol WSD setiap tiga hari atau bila sudah penuh,catat jumlah cairan yang
dibuang.
Cara
mengganti Botol
:
-
Siapkan
set baru.Botol yang berisi aquabides ditambahkan dengan disinfektan
-
Selang
WSD diklem dulu
-
Ganti
botol WSD dan lepaskan klem
-
Amati
adanya undulasi dalam selang WSD
12.
PELEPASAN DAN INDIKASI
PELEPASAN SELANG WSD
Pelepasan
Selang WSD :
a.
Instruksikan klien untuk melakukan
maneuver valsava dengan lambat dan bernapas
dengan tenang
b.
Selang
dada diklem dan dengan cepat dilepas
c.
Secara
bersamaan,pasangkan balutan kecil kedap udara dengan penutup kasa dan
difiksasi dengan plaster adesif/tahan
air.
Indikasi
Pelepasan Selang WSD :
a.
Paru-paru
sudah reekspansi yang ditandai dengan :
-
Tidak
ada undulasi, namun perlu hati-hati karena tidak adanya undulasi juga salah
satu tanda yang menyatakan kondisi motor
suction tidak jalan, selang tersumbat /
terlipat atau paru memang sudah benar-benar mengembang.
-
Tidak
ada cairan keluar
-
Tidak
ada gelembung udara yang keluar
-
Tidak
ada kesulitan bernapas
-
Dari
foto rontgent menunjukan tidak ada cairan atau udara
b.
Selang
WSD tersumbat dan tidak dapat diatasi dengan spooling atau pengurutan pada
selang.
13.
KOMPLIKASI PEMASANGAN
WSD
a.
Perdarahan
intercosta
b.
Empisema
c.
Kerusakan
pada saraf interkosta, vena, arteri
d.
Pneumothoraks
kambuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar