Senin, 25 Juni 2012

PENGKAJIAN DAN PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN ENDOKRIN



OLEH : MARLISA,S.Kep,Ns,M.Kep

TINJAUAN FISIOLOGIS :
Ä  Kelenjar Endokrin mencakup :
·         Kelenjar Hipofisis (Pituitaria)
·         Kelenjar Tiroid
·         Kelenjar Paratiroid
·         Kelenjar Adrenal
·         Pankreas (Pulau Langerhans)
·         Ovarium
·         Testis
Ä  Semua kelenjar ini menyekresikan produknya langsung kedalam darah, berbeda dengan kelenjar Eksokrin (keringat) à menyekresikan  produknya lewat saluran permukaan epithelial
Ä  Hipotalamus berfungsi sebagai penghubung antara system saraf dan system endokrin
Ä  Zat kimia yang disekresikan oleh kelenjar endokrin disebut Hormon. Hormon membantu mengatur fungsi organ agar bekerja secara terkoordinasi dengan system saraf. System regulasi ganda ini, dimana kerja cepat system saraf diimbangi oleh kerja hormone yang lebih lambat, memungkinkan pengendalian berbagai fungsi tubuh secara cepat tepat dalam bereaksi terhadap berbagai perubahan didalam dan diluar tubuh.
Ä   Kontrol umpan balik à konsentrasi sebagian besar hormone dalam aliran darah dipertahankan pada tingkat yang relatif konstan. Jika konsentrasi hormone meningkat, produksi hormone tersebut selanjutnya akan dihambat. Apabila konsentrasinya menurun, kecepatan produksinya akan meningkat.
Ä  Mekanisme kerja hormone. Hormone diklasifikasikan  sebagai :
·         Hormone Steroid (seperti hidrokortison)
ü  Akan menembus membrane sel dan berinteraksi dengan reseptor intrasel karena ukuran molekulnya yang lebih kecil serta kelarutannya yang tinggi dalam lemak.
ü  Kompleks steroid-reseptor ini memodifikasi metabolisme sel dan pembentukan  asam ribonukleat (messenger ribonucleic acid [m-RNA]) dari asam deoksiribonukleat (DNA)
ü  Kemudian m-RNA menstimulasi sintesis protein dalam sel
·         Hormone Peptide dan Protein (seperti insulin)
ü  Berinteraksi dengan tempat reseptor pada permukaan sel yang menghasilkan stimulasi enzim intrasel adenil siklase.
ü  Stimulasi enzim ini mengakibatkan peningkatan produksi c-AMP (cyclic 3’,5’-adenosin monofosfat) . c-AMP yang ada didalam sel mengubah aktivitas enzim.
ü  c-AMP merupakan “second messenger” yang menghubungkan hormone peptide pada permukaan sel dengan perubahan dalam lingkungan intrasel
ü  sebagian hormone peptide dan protein dapat pula bekerja dengan mengubah permeabilitas membrane.
·         Hormone Amina (seperti epinefrin)à mekanisme kerja hormone amina serupa dengan mekanisme kerja hormone peptide.
Berbagai kelompok hormone ini bekerja pada jaringan sasaran melalui berbagai mekanisme. Hormone dapat mengubah fungsi jaringan sasaran melalui interaksi dengan reseptor kimia yang terletak pada membrane sel atau dalam interior sel.

Kelenjar Hipofisis
Ø  Disebut sebagai Master gland system endokrin
Ø  Kelenjar ini menyekresikan hormon-hormon  yang selanjutnya akan mengendalikan sekresi hormone oleh kelenjar endokrin lain.
Ø  Hipofisis sebagian besar dikontrol oleh hipotalamus
Ø  Merupakan struktur berbentuk bulat  dengan ukuran ± 1,27 cm (1/2 inci) yang terletak pada permukaan inferior otak.
Ø  Dihubungkan dengan hipotalamus melalui tangkai hipofisis.
Ø  Kelenjar ini dibagi menjadi :
ü  Lobus anterior
ü  Lobus intermedius
ü  Lobus posterior

Hipofisis Anterior
Ø  Hormone utama kelenjar ini adalah
1.    Hormone stimulasi folikel (FSH ; follicle stimulating hormone)
2.    Hormone luteinisasi (LH; luteinizing hormone)
3.    Prolaktin hormone adrenokortikotropik (ACTH; adrenocorticotropic hormone)à bekerja pada payudara  untuk menstimulasi produksi ASI
4.    Hormone stimulasi tiroid (TSH; thyroid stimulating hormone)
5.    Hormone pertumbuhan (GH; growth hormone) disebut juga somatotropin à merupakan hormone protein 
§  Meningkatkan sintesis protein dalam banyak jaringan                     untuk     
§  Meningkatkan penguraian asam lemak dalam jaringa adipose        pertumbuhan    
§  Menaikkan kadar glukosa darah                                                       normal
Sekresi hormone ini ditingkatkan oleh stress, latihan dan kadar glukosa darah yang rendah.
Sekresi yang tidak memadai pada usia kanak-kanak mengakibatkan keterbatasan pertumbuhan (dwarfisme), sebaliknya sekresi yang berlebihan menyebabkan gigantisme.
Sekresi yang berlebihan pada orang dewasa mengakibatkan deformitas tulang serta jaringan lunak, dan pembesaran vicera tetapi tanpa menyebabkan  peningkatan tinggi badan à Akromegali
Ø  Sekresi setiap hormone utama ini dikendalikan oleh faktor pelepasan (RF; releasing factor) yang disekresi oleh hipotalamus.
Ø  Faktor pelepasan mencapai hipofisis anterior melalui aliran darah dalam suatu sirkulasi khusus yang disebut system darah portal hipofisis
Ø  TSH,ACTH,FSH dan LH memiliki fungsi utama melepaskan  hormone dari kelenjar endokrin lain.

Hipofisis Posterior
Ø  Hormone utama kelenjar ini adalah :
ü  Vasopresin (hormone antidiuretik [ADH])
Ä  Sekresinya dirangsang oleh peningkatan osmolalitas darah atau penurunan tekanan darah
Ä  Fungsi utama adalah mengendalikan ekskresi air oleh ginjal
ü  Oksitosin
Ä  Sekresi oksitosin distimulasi selama kehamilan dan pada saat melahirkan anak
Ä  Fungsi utama adalah untuk memudahkan ejeksi ASI selama laktasi dan meningkatkan kekuatan kontraksi uterus pada saat bersalin serta melahirkan
Ä  Oksitosis eksogen digunakan sebagai terapi untuk memicu persalin

Fungsi hipofisis yang abnormal
  Abnormalitas fungsi hipofisis disebabkan oleh hiposekresi atau hipersekresi setiap hormone yang diproduksi atau dilepaskan oleh kelenjar tersebut.
  Kelainan lobus anterior dan posterior dapat terjadi tanpa tergantung satu sama lain.
  Hipersekresi paling sering mengenai ACTH atau hormone pertumbuhan yang menimbulkan keadaan yang dikenal dengan Penyakit Cushing dan Akromegali
  Hiposekresi umumnya mengenai seluruh hormone hipofisis anterior dan disebutà Panhipopituitarisme. Pada keadaan ini kelenjar tiroid, korteks adrenal, dan gonad akan mengalami atropi karena tidak adanya hormone tropic
  Kelainan yang dijumpai pada disfungsi lobus posterior adalah Diabetes Insipidius à yaitu suatu keadaan dimana ekskresi urin terjadi dalam jumlah yang berlebihan sebagai akibat dari insufisiensi produksi vasopressin.

Hipopituitarisme (hipofungsi kelenjar hipofisis)
  Dapat  terjadi akibat penyakit pada kelenjar hipofisis sendiri (kerusakan lobus anterior) atau pada hipotalamus.
  Panhipopituitarisme (penyakit Simmond) merupakan keadaan tidak adanya seluruh sekresi hipofisis dan penyakit ini à jarang dijumpai
  Nekrosis hipofisis pascapartus (Sindrom Sheehan) merupakan penyebab kegagalan hipofisis anterior yang jarang. Keadaan ini lebih cenderung terjadi pada wanita yang mengalami kehilangan darah, hipovolemia, dan hipotensi pada saat melahirkan.
  Hipopituitarisme juga merupakan komplikasi terapi radiasi pada kepala dan leher.
  Kerusakan total kelenjar hipofisis akibat trauma, tumor atau lesi vasikuler akan menghilangkan semua stimulus yang secara normal diterima oleh kelenjar tiroid, gonad dan adrenal. Akibatnya adalah :
ü  Penurunan berat badan yang ekstrim
ü  Pelisutan tubuh
ü  Atropi semua kelenjar serta organ endokrin
ü  Kerontokan rambut
ü  Impotensi
ü  Amenore
ü  Hipometabolisme
ü  Hipoglikemia
ü  Koma dan kematian akan terjadi jika tidak dilakukan terapi hormone pengganti.


Tumor Hipofisis
Tumor hipofisis biasanya tidak bersifat ganas meskipun lokasinya penting dan efeknya terhadap produksi hormone oleh organ target dapat mengakibatkan kematian.
Tumor kelenjar hipofisis terdiri atas 3 tipe utama yang menggambarkan pertumbuhan berlebih pada :
Ø  Sel-sel Eosinofil (Tumor Eosinofil)
ü  Jika tumbuh secara dini dapat menimbulkan gigantisme. Orang terkena dapat memiliki tinggi badan 7 kaki (± 2 meter lebih)
ü  Jika kelainan dimulai pada usia dewasa, terjadi pertumbuhan skeletal yang berlebihan hanya terjadi pada kaki, tangan, margo orbita superior,eminensia molar, hidung dan dagu à Akromegali.
ü  Banyak pasien  menderita sakit kepala hebat dan gangguan visual karena tumornya menekan nervus optikus (kebutaan  pada sebagian penglihatan)
ü  Dekalsifikasi (kehilangan atau pengeluaran garam kalsium) skeleton, kelemahan otot, dan gangguan endokrin yang serupa dengan yang terjadi pada hipertiroidisme juga akan menyertai tumor tipe ini.
Ø  Sel-sel Basofil (Tumor Basofil)
ü  Akan menyebabkan Sindrom Cushing dengan gambaran yang sebagian besar berkaitan dengan  hiperadrenalisme, termasuk maskulinisasi dan amenore pada wanita, obesitas batang tubuh, hipertensi, osteoporosis serta polisitemia (ä jlh sel darah merah dalam darah).
Ø  Sel-sel Kromofob (Tumor Kromofob)
ü  Merupakan 90% dari seluruh tumor hipofisis, biasanya tidak menghasilkan hormone tetapi menghancurkan sisa kelenjar hipofise sehingga terjadi hipopituitarisme
ü  Penderita sering tampak obesitas, dan somnolen dengan memperlihatkan rambut yang halus serta jarang, kulit yang kering serta lunak, muka pucat,tulang kecil.
ü  Pasien juga mengeluhkan sakit kepala, kehilangan libido, gangguan visual yang berkembang menjadi kebutaan, poliuria, polifagia, penurunan angka metabolisme basal, suhu tubuh yang subnormal.

Evaluasi diagnostik
Ä  Anamnesis yang cermat untuk mengetahui riwayat sakit dan pemeriksaan fisik yang cermat, termasuk pengkajian terhadap ketajaman visus serta lapangan pandang
Ä  Pemeriksaan CT dan MRI  untuk mendiagnosis ada serta luasnya tumor hipofisis
Ä  Pengukuran kadar hormone hipofisis dalam serum dapat dilakukan bersama pemeriksaan hormone dari berbagai target organ untuk membantu mendiagnosis.

Diabetes Insipidius
Merupakan kelainan pada lobus posterior hipofisis yang disebabkan oleh defisiensi vasopressin yang merupakan hormone antidiuretik (ADH).
Kelainan ini ditandai  :
Ø  Rasa haus yang sangat (polidipsia)
Ø  Pengeluaran urin yang encer dengan jumlah yang besar

Diabetes Insipidius dapat terjadi sekunder akibat :
Ø  Trauma kepala
Ø  Tumor otak
Ø  Operasi ablasi atau penyinaran pada kelenjar hipofisis
Ø  Infeksi system saraf pusat (meningitis, ensafalitis) atau tumor (mis:kelainan metastatik, limfoma dari payudara atau paru)
Ø  Kegagalan tubulus renal utnuk bereaksi terhadap ADH (nefrogenik); berkaitan dengan hipokalemia, hiperkalsemia dan penggunaan obat (mis: lithium, demeclocyclin)

Manifestasi klinis :
Ø  Tanpa kerja vasopressin pada nefron distal ginjal,akan terjadi pengeluaran urin yang sangat encer seperti air dengan berat jenis 1.001 hingga 1.005 dalam jumlah yang sangat besar setiap harinya. Urin tersebut tidak mengandung zat yang biasa terdapat didalamya seperti glukosa dan albumin.
Ø  Karena rasa haus yang luar biasa, pasien cenderung minum 4 hingga 40 liter kiter perhari dengan gejala khas ingin minum air yang dingin.
Ø  Pada diabetes insipidius herediter, gejala primernya dapat berawal sejak lahir. Kalau keadaan ini terjadi pada usia dewasa, biasanya gejala poliuria memiliki awitan yang mendadak atau bertahap (insidius)
Ø  Penyakit ini tidak dapat dikendalikan  dengan membatasi  asupan cairan  karena kehilangan urin dalam jumlah besar akan terus terjadi sekalipun tidak dilakukan penggantian cairan. Upaya membatasi cairan akan membuat pasien tersiksa karena keinginan minum yang luar biasa disamping akan menimbulkan keadaan hipernatremia dan dehidrasi yang berat.

Evaluasi diagnostik
Ø  Tes deprivasi cairan dilakukan  dengan menghentikan pemberian cairan selama 8 – 12 jam atau sampai terjadi penurunan  berat badan sebesar 3 % hingga 5 %.
Ø  Pengukuran osmolalitas plasma dan urin dilakukan  pada awal dan akhir tes tersebut. Ketidakmampuan untuk meningkatkan berat jenis dan osmolalitas urin merupakan tanda khas diabetes insipidius.
Ø  Pengukuran kadar vasopressin plasma yang dilakukan bersama dengan pengukuran  osmolalitas plasma serta urin; uji coba dengan menggunakan desmopresin (vasopressin sintetik) dan pemberian infus saline hipertonis
                                                                                                
Penatalaksanaan
Tujuan terapi adalah:
1.    Untuk menjamin penggantian cairan yang adekuat
2.    Mengganti vasopressin (yang biasanya merupakan program terapeutik jangka panjang)
3.    Untuk meneliti dan mengoreksi kondisi patologis intracranial patologis intracranial

  Penggantian vasopressin
  Penyuntikan intramuscular ADH
  Mempertahankan cairan
  Jika disebabkan oleh kelainan ginjal, terapi ini tidak akan efektif. Preparat tiazida, penurunan garam yang ringan dan penyekat prostaglandin (ibuprofen, indometasin,aspirin) digunakan untuk mengobati bentuk nefrogenik.

Implikasi keperawatan
  Pasien memerlukan dorongan dan dukungan pada saat menjalani pemeriksaan untuk meneliti kemungkinan lesi cranial
  Jelaskan pada keluarga tentang perawatan tingkat lanjut dan berbagai tindakan darurat
  Penggunaan vasopresin harus dilakukan secara hati-hati jika terdapat penyakit arteri koroner karena tindakan ini menyebabkan vasokonstriksi.

Kelenjar tiroid
Ø  Merupakan organ yang bentuknya seperti kupu-kupu dan terletak pada leher bagian bawah disebelah anterior trakea
Ø  Terdiri dari 2 lobus lateral yang dihubungkan oleh sebuah istmus
Ø  Panjang ± 5 cm serta lebar 3 cm dan berat ± 30 gram
Ø  Aliran darah kedalam tiroid, per gram jaringan kelenjar sangat tinggi (± 5 ml/menit/gram tiroid) yaitu ± 5x aliran darah kedalam hati.
Ø  Menghasilkan 3 jenis hormon yang berbeda
Ä  Tiroksin (T4)                   merupakan asam amino yang mengandung molekul iodium. 75%
Ä  Triiodotironin (T3)           berada dlm keadaan terikat dgn globuli pengikat protein (TBG-
                                             Thyroid Binding Globulin)
Ä  Kalsitonin (tirokalsitonin) à terikat dengan albumin dan prealbumin pengikat tiroid. Tidak dikendalikan oleh TSH. Hormon ini disekresi oleh  kelenjar tiroid sebagai respons terhadap kadar kalsium plasma yang tinggi. Kalsitonin akan menurunkan kadar kalsium plasma dengan meningkatkan jumlah penumpukan kalsium dalam tulang
Ø  Iodium merupakan unsur esensial bagi tiroid untuk sintesis hormon tiroid. Iodium dalam tubuh paling banyak digunakan oleh kelenjar tiroid, sehingga defisiensi iodium akan menyebabkan gangguan tiroid.
Ø  Iodida dikonsumsi dari makanan dan diserap kedalam darah didalam traktus gastrointestinal.
Ø  Kelenjar tiroid bekerja sangat efisien dalam mengambil iodium dari darah dan kemudian memekatkannya dalam sel-sel kelenjar tersebut. Ion-ion iodida akan diubah menjadi molekul iodium yang akan bereaksi dengan tirosin (suatu asam amino) untuk membentuk hormon tiroid.
Ø  Sekresi tirotropin (TSH) oleh kelenjar hipofisis akan mengendalikan kecepatan pelepasan hormon tiroid.selanjutnya pelepasan TSH ditentukan oleh kadar hormon tiroid dalam darah.
Ø  Jika konsentrasi hormon tiroid dalam darah menurun, pelepasan TSH meningkat sehingga terjadi peningkatan  keluaran T3 dan T4. Keadaan ini merupakan suatu contoh pengendalian umpan balik (Feed back Control)
Ø  Hormone pelepas tirotropin (TRH- thyrotropin-releasing hormone) yang disekresikan oleh hipotalamus memberikan pengaruh yang mengatur (modulasi) pelepasan TSH dari hipofisis
Ø  Faktor lingkungan seperti penurunan suhu tubuh dapat meningkatkan sekresi TRH dengan demikian akan menaikkan sekresi hormone tiroid
Ø  Fungsi utama hormone tiroid (T3, T4 ) adalah mengendalikan aktivitas metabolic seluler
Ø  Kedua hormon ini bekerja sebagai alat pacu umum dengan mempercepat proses metabolisme
Ø  Efeknya pada kadar metabolisme sering ditimbulkan oleh peningkatan kadar enzimspesifik yang turut berperan dalam konsumsi oksigen
Ø  Hormone tiroid mempengaruhi replikasi sel dan sangat penting bagi perkembangan otak, pertumbuhan normal.



Pemeriksaan kelenjar tiroid
§  Kelenjar tiroid diinspeksi dan dipalpasi secara rutin pada semua pasien. Daerah leher bagian bawah antara otot-otot sternokleidomastoideus apakah terdapat benjolan
§  Pasien diminta untuk sedikit mengekstensikan lehernya dan menelan.
§  Normalnya jaringan tiroid akan bergerak naik jika pasien menelan
§  Kemudian dilakukan palpasi tiroid untuk menentukan ukuran, bentuk, konsistensi, kesimetrisan dan adanya nyeri tekan
§  Palpasi kelenjar dapat dilakukan secara efektif apabila posisi pasien membelakangi pemeriksa. Pemeriksa melakukan prosedur ini dengan menggunakan kedua belah tangan melingkari leher pasien.
§  Ibu jari tangan diletakkan pada bagian posterior leher, sementara jari telunjuk dan jari tengah melakukan palpasi untuk meraba istmus tiroid serta permukaan anterior lobus lateralis
§  Lobus kiri diperiksa dengan menempatkan pasien dalam posisi leher sedikit fleksi kedepan dan kekiri. Kemudian kartilago tiroid didorong kekiri dengan jari tangan kanan, gerakan ini akan menggeser lobus kiri kedalam muskulus sternokleidomastoideus, sementara jari telunjuk dan jari tengah melakukan penekanan yang berlawanan dari bagian anterior otot tersebut.
§  Gerakan menelan pada saat gerakan ini dapat membantu pemeriksa untuk menentukan lokasi tiroid pada saat kelenjar tersebut bergerak naik dalam leher.

Hipotiroidisme
Merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya hipofungsi tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan tiroid. Keadaan ini terjadi akibat kadar hormon tiroid berada dibawah nilai optimal.
Tipe :
§  Lebih dari 95 % mengalami hipotiroidisme primer atau tiroidal yang mengacu pada disfungsi tiroid
§  Hipotiroidisme sentral à disfungsi tiroid karena kegagalan kelenjar hipofisis, hipotalamus atau keduanya. Dapat disebut sebagai hipotiroidisme sekunder atau pituitaria jika sepenuhnya disebabkan kelainan hipofisis.
§  Hipotiroidisme tertier (hipotalamus)àbila ditimbulkan oleh kelainan hipotalamus yang mengakibatkan sekresi TSH tidak adekuat akibat penurunan stimulasi oleh TRH.

Ø  Apabila defisiensi tiroid terjadi sejak lahir, keadaan ini dinamakan kreatinisme. Pada keadaan ini ibu mungkin juga menderita defisiensi tiroid
Ø  Miksedema mengacu kepada penumpukan mukopolisakarida dalam jaringan subkutan dan interstisial. Miksedema terjadi pada hipotiroidisme yang sudah berlangsung lama dan berat

Penyebab :
Ø  Yang paling sering ditemukan pada orang dewasa adalah tiroiditis otoimun (Tiroiditis Hashimoto)à dimana system imun menyerang kelenjar tiroid
Ø  Hipotiroidime juga sering terjadi pada pasien dengan riwayat hipertiroidisme yang menjalani terapi radioiodium, pembedahan atau preparat antitiroid. Paling sering terjadipada wanita usia lanjut




Manifestasi klinis :
Ø  Gejala dini :Kelelahan yang ekstrim, Kerontokan rambut ,Kuku yang rapuh, Kulit kering, Rasa baal serta paratesia pada jari tangan, Suara menjadi kasar/ parau, Gangguan haid seperti menorhagia atau amenore, hilangnya libido
Ø  Hipotiroidisme berat : suhu tubuh dan frekuensi nadi subnormal, kenaikan berat badan tanpa peningkatan asupan makanan, kulit tebal karena penumpukan mukopolisakarida dalam jaringan subkutan (asal mula istilah miksedema), rambut menipis dan rontok, wajah tanpa ekspresi dan mirip topeng, merasa dingin meskipun dalam lingkungan yang hangat,mudah tersinggung, dan mengeluh merasa lemah,kenaikan kadar kolesterol serum, aterosklerosis, penyakit jantung kororner dan fungsi ventrikel kiri yang jelek.
Ø  Hipotiroidisme lanjut : dimensia disertai perubahan kognitif dan kepribadian yang khas, respirasi yang tidak memadai, apnu saat tidur, efusi pleura, efusi pericardial,dan kelemahan otot pernafasan, hiponatremia, kepekaan abnormal terhadap preparat sedative, apioid serta anastesia. Oleh sebab itu pemberian obat ini hanya diberikan pada kondisi tertentu.
Ø  Hipotirodisme paling ekstrim dan berat : koma miksedema, hiponatremia dan tidak sadarkan diri

Penatalaksanaan
Ø  Memulihkan metabolisme kembali kenormal dengan cara mengganti hormon yang hilang

Diagnosa keperawatan :
1.    Intoleransi aktivitas b/d kelelahan dan penurunan proses kognitif
2.    Perubahan suhu tubuh
3.    Konstipasi b/d penurunan fungsi gastriintestinal
4.    Kurangnya pengetahuan tentang program pengobatan untuk terapi penggantian tiroid seumur hidup
5.    Pola nafas tidak efektif b/d depresi ventilasi
6.    Perubahan proses berpikir b/d gangguan metabolisme dan perubahan status kardiovaskuler serta pernafasan

Dx 1
Tujuan : Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas dan kemandirian
Intervensi :
1.    Meningkatkan kemandirian pada aktivitas perawatan
Ä  Atur interval waktu antar aktivitas untuk meningkatkan istirahat dan latihan yang dapat ditolerir
Ä  Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam keadaan lelah
Ä  Berikan stimulasi melalui percakapan dan aktivitas tidak menimbulkan stres
Ä  Pantau respons pasien terhadap peningkatan aktivitas

Rasional :
·         Mendorong aktivitas sambil memberikan kesempatan untuk mendapatkan istirahat yang adekuat
·         Memberi kesempatan pada pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri
·         Meningkatkan perhatian tanpa terlalu menimbulkan stres pada pasien
·         Menjaga pasien agar tidak melakukan aktivitas yang berlebihan atau kurang

Hasil yang diharapkan :
·         Beraktivitas dalam perawatan mandiri
·         Melaporkan penurunan tingkat kelelahan
·         Memperlihatkan perhatian dan kesadaran pada lingkungan
·         Berpartisipasi dalam peristiwa dan aktivitas keluarga
·         Melaporkan tidak adanya rasa nyeri dada, peningkatan kelelahan atau gejala sesak nafas yang menyertai peningkatan aktivitas.

Penatalaksanaan keperawatan :
Ø  Modifikasi aktivitas àmembantu perawatan dan kebersihan diri sambil mendorong partisipasi untuk melakukan aktivitas dalam batas yang bisa ditoleransi
Ø  Pemantauan berkelanjutan à
Ä  Kemunduran status fisik serta mental
Ä  Tanda dan gejala peningkatan laju metabolik akibat terapi yang melampaui kemampuan reaksi sistem kardiovaskuler dan pernafasan
Ä  Keterbatasan atau komplikasi miksedema yang berkelanjutan
Ø  Pengaturan suhu
Ø  Dukungan emosional
Ø  Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan dirumah


Kelenjar paratiroid
  Berjumlah 4 buah yang terletak dalam leher dan tertanam dalam permukaan posterior kelejar tiroid.
  Kelenjar yang kecil ini sulit dilihat dan dapat terangkat tanpa sengaja ketika dilakukan pembedahan tiroid. Pengangkatan tanpa sengaja ini menyebabkan hipoparatiroidisme yang paling sering dijumpai
  Hormon yang disekresi à Parathormon yang merupakan hormone protein yang berfungsi mengatur metabolisme kalsium dan fosfor.
  Peningkatan parathormon mengakibatkan peningkatan absorpsi kalsium diginjal, intestinum dan tulang, sehingga terjadi kenaikan kadar kalsium dalam darah.
  Beberapa kerja hormon ini meningkat dengan adanya vit D. Parathormon  juga cenderung menurunkan  kadar fosfor darah
  Parathormon yang berlebihan dapat mengakibatkan  kenaikan kadar kalsium serum; keadaan ini merupakan situasi yang dapat membawa kematian. Apabila produk kalsium dan fosfor serum (kalsium x fosfor) meningkat dapat terjadi pengendapan kalsium fosfat dalam berbagai organ tubuh, yang menyebabkan kalsifikasi (pengendapan garam kalsium) jaringan.
  Pengeluaran parathormon diatur oleh kadar kalsium terionisasi dalam darah. Peningkatan kalsium serum mengakibatkan penurunan sekresi parathormon sehingga terbentuk suatu mekanisme umpan balik.

Hiperparatiroidisme
Ø  Terjadi akibat produksi berlebih hormon paratiroid oleh kelenjar paratiroid ditandai dengan dekalsifikasi  (kehilangan atau pengeluaran garam kalsium dari dalam tulang)  tulang dan terbentuknya batu ginjal yang mengandung kalsium.
Ø  Hiperparatiroidisme primer terjadi 2 atau 3 kali lebih sering pada wanita daripada laki-laki dan paling sering ditemukan pada pasien berusia 60 -70 tahun
Ø  Hiperparatiroidisme sekunder disertai manifestasi yang serupa terjadi pada pasien gagal ginjal kronis. Rakitis ginjal (renal ricketsia) akibat retensi fosfor akan meningkatkan stimulasi pada kelenjar paratiroid dan meningkatkan sekresi hormone paratiroid

Manifestasi Klinis : 
  Apatis
  Mudah lelah
  Kelemahan otot                                                     berkaitan dengan peningkatan kadar kalsium
  Mual / muntah                                                            dalam darah      
  Konstipasi                                                                                                                        
  Hipertensi dan aritmia jantung dapat terjadi
  Mudah tersinggung                                            merupakan efek langsung kalsium pada otak    
  Neurosis                                                            dan sistem saraf. Peningkatan kadar kalsium
  Psikosis                                                             akan menurunkan eksitasi jaringan saraf dan otot

Komplikasi
  Pembentukan batu ginjal pada salah satu atau kedua ginjal
  Gejala muskuloskeletal (nyeri, fraktur, deformitas)à terjadi akibat demineralisasi tulang atau tumor tulang yang muncul berupa sel raksasa benigna akibat pertumbuhan osteoklast yang berlebihan
  Ulkus peptikum

Evaluasi Diagnostik
  Diagnosis ditegakkan berdasarkan kenaikan persisten kadar kalsium serum dan peningkatan kadar parathormon.

Penatalaksanaan :
  Terapi yang dianjurkan pada pasien ini adalah tindakan bedah untuk mengangkat jaringan paratiroid yang abnormal
  Pada pasien yang asimtomatik disertai kenaikan kadar kalsium serum ringan dan fungsi ginjal yang normal, pembedahan dapat ditunda
  Hidrasi : karena gangguan ginjal mungkin terjadi maka penderita dianjurkan untuk minum sebanyak 2000 ml cairan atau lebih untuk mencegah terbentuknya batu ginjal
  Mobilitas : banyak berjalan atau penggunaan kursi goyang harus diupayakan  sebanyak mungkin karena tulang yang mengalami stres normal akan melepaskan kalsium dalam jumlah sedikit. Tirah baring dan peningkatan eksresi kalsium merupakan predisposisi terbentuknya batu ginjal.
  Diet dan obat-obatan :
Ø  kebutuhan nutrisi harus dipenuhi meskipun pasien dianjurkan untuk menghindari diet kalsium-terbatas atau kalsium berlebih.
Ø  Jika menderita ulkus peptikum diberikan preparat antasid dan diet protein yang khusus.
Ø  Karena anoreksia umum terjadi, peningkatan selera makan harus diupayakan. Jus buah, preparat pelunak feses dan aktivitas fisik disertai dengan peningkatan asupan cairan akan membantu mengurangi gejala konstipasi yang merupakan masalah pascaoperatif yang sering dijumpai.

Hipoparatiroidisme
  Adalah sekresi hormon paratiroid yang kurang adekuat akibat supalai darah terganggu atau setelah jaringan kelenjar paratiroid diangkat.

Patofisiologi :
  Disebabkan oleh defisiensi parathormon yang mengakibatkan kenaikan kadar fosfat dalam darah (hiperfosfatemia) dan penurunan konsentrasi kalsium darah (hipokalsemia)
  Tanpa adanya parathormon akan terjadi penurunan absorpsi intestinal kalsium dari makanan dan penurunan resorpsi kalsium dari tulang dan disepanjang tubulus renalis
  Penurunan ekskresi fosfat melalui ginjal menyebabkan hipofosfaturia, dan kadar kalsium serum yang rendah mengakibatkan hipokalsiuria.

Manifestasi klinik:
  Hipokalsemia menyebabkan iritabilitas sistem neuromuskular dan turut menimbulkan tetanus

Intervensi keperawatan :
  Perawatan pascaoperasi diarahkan kepada  deteksi tanda-tanda dini hipokalsemia dan antisipasi tanda-tanda tetanus, kejang serta kesulitan bernafas
  Kalsium glukonat disediakan disamping tempat tidur bersama dengan peralatan yang diperlukan untuk penyuntikan intravena. Jika pasien mempunyai masalah jantung, potensial mengalami aritmia atau menggunakan obat digitalis , maka pemberian kalsium glukonat harus dilakukan dengan hati-hati
  Kalsium dan digitalis akan meningkatkan kontraksi sistolik, dan lebih lanjut kedua preparat ini saling menimbulkan potensiasi. Keadaan ini dapat menyebabkan aritmia jantung yang fatal. Sebagai konsekuensinya, pasien jantung memerlukan pemantauan jantung yang kontinu dan pengkajian yang cermat.

Kelenjar adrenal
Ø  Terdapat 2 buah kelenjar adrenal yang melekat pada bagian atas ginjal
Ä  Medulla Adrenal ( bagian tengah )
§  Mensekresi Katekolamin (Epinefrin dan Norepinefrin)
§  Berfungsi sebagai bagian dari sistem saraf otonom
§  90 % dari hasil sekresi medulla merupakan epinefrin (adrenalin)
§  Katekolamin mengatur lintasan metabolik untuk meningkatkan katabolisme bahan bakar yang tersimpan sehingga kebutuhan kalori dari sumber endogen terpenuhi
§  Pada situasi darurat sekresi epinefrin akan menurunkan aliran darah dalam jaringan seperti otot jantung dan skeletal
§  Katekolamin juga menyebabkan pelepasan asam lemak bebas, meningkatkan kecepatan metabolik basal (BMR) dan menaikkan kadar glukosa darah
Ä  Korteks Adrenal ( bagian tengah ) à adrenokortikal
§  Mensekresi 3 kelompok hormon steroid
ü  Glukokortikoid (hidrokortison) à
  memiliki pengaruh yang penting terhadap metabolisme glukosa,
  peningkatan sekresi hidrokortison akan menaikkan kadar glukosa darah
  sering digunakan untuk menghambat respons inflamasi pada cedera jaringan dan menekan  gejala alergi
ü  Mineralokortikoid (aldosteron) à
  Kerja utama pada metabolisme elektrolit, pada tubulus ginjal dan epitel gastrointestinal untuk absorpsi ion natrium dalam proses pertukaran untuk mengeksresikan ion kalium atau hidrogen
  Kenaikan kadar aldosteron menyebabkan peningkatan reabsorpsi natrium oleh ginjal dan traktus gastrointestinal yang cenderung memulihkan  tekanan darah untuk kembali normal
ü  Hormon seks Adrenal (Androgen) à
  Kelompok hormon ini  memberikan efek yang serupa  dengan hormon seks pria
  Kelenjar adrenal dapat pula menyekresikan sejumlah kecil estrogen atau hormone seks wanita
  Apabila disekresikan dalam jumlah normal, mungkin hanya memberikan sedikit efek, tetapi bila disekresikan secara berlebihan, maskulinisasi dapat terjadi à Sindrom Adrenogenital

Sindrom Cushing
Terjadi akibat aktivitas korteks adrenal yangberlebihan

Manifestasi klinis :
  Penghentian pertumbuhan
  Obesitas
  Perubahan musculoskeletal

Proses keperawatan :
Pengkajian :
  Riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik berfokus pada konsentrasi hormone
  Riwayat penyakit mencakup informasi tentang aktivitas dan kemampuannya untuk melaksanakan kegiatan rutin serta perawatan mandiri
  Kondisi kulit dikaji untuk menemukan trauma, infeksi, fisura, memar serta edema
  Mengkaji fungsi mental mencakup keadaan emosi, respons terhadap pertanyaan, kesadaran akan lingkungan dan tingkat depresi

Diagnosa Keperawatan :
  Resiko cedera dan infeksi b/d kelemahan dan perubahan metabolisme protein serta respons inflamasi
  Kurang perawatan diri : kelemahan, perasaan mudah lelah, atropi otot dan perubahan pola tidur
  Gangguan integritas kulit b/d edema, gangguan kesembuhan dan kulit yang tipis serta rapuh
  Gangguan citra tubuh b/d perubahan penampilan fisik, gangguan fungsi seksual dan penurunan tingkat aktivitas
  Gangguan proses berfikir b/d fluktuasi emosi, irritabilitas,dan depresi

Komplikasi :
  Krisis Addisonian
  Efek yang merugikan pada aktivitas korteks adrenal

Intervensi Keperawatan :
  Pemantauan dan penatalaksanaan komplikasi potensial
  Persiapan praoperatif
  Menganjurkan istirahat dan aktivitas
  Meningkatkan perawatan kulit
  Memperbaiki citra tubuh
  Memperbaiki proses berpikir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar