OLEH : MARLISA,S.Kep,Ns,M.Kep
TINJAUAN FISIOLOGIS :
Ä Kelenjar Endokrin mencakup :
·
Kelenjar
Hipofisis (Pituitaria)
·
Kelenjar
Tiroid
·
Kelenjar
Paratiroid
·
Kelenjar
Adrenal
·
Pankreas
(Pulau Langerhans)
·
Ovarium
·
Testis
Ä Semua kelenjar ini menyekresikan
produknya langsung kedalam darah, berbeda dengan kelenjar Eksokrin (keringat) à menyekresikan produknya lewat saluran permukaan epithelial
Ä
Hipotalamus berfungsi sebagai penghubung
antara system saraf dan system endokrin
Ä
Zat kimia yang disekresikan oleh
kelenjar endokrin disebut Hormon. Hormon
membantu mengatur fungsi organ agar bekerja secara terkoordinasi dengan system
saraf. System regulasi ganda ini,
dimana kerja cepat system saraf
diimbangi oleh kerja hormone yang lebih
lambat, memungkinkan pengendalian berbagai fungsi tubuh secara cepat tepat
dalam bereaksi terhadap berbagai perubahan didalam dan diluar tubuh.
Ä
Kontrol umpan balik à konsentrasi
sebagian besar hormone dalam aliran darah dipertahankan pada tingkat yang
relatif konstan. Jika konsentrasi hormone meningkat, produksi hormone tersebut
selanjutnya akan dihambat. Apabila konsentrasinya menurun, kecepatan
produksinya akan meningkat.
Ä
Mekanisme
kerja hormone. Hormone diklasifikasikan sebagai :
·
Hormone Steroid (seperti hidrokortison)
ü Akan menembus membrane sel dan
berinteraksi dengan reseptor intrasel karena ukuran molekulnya yang lebih kecil
serta kelarutannya yang tinggi dalam lemak.
ü Kompleks steroid-reseptor ini
memodifikasi metabolisme sel dan pembentukan
asam ribonukleat (messenger ribonucleic acid [m-RNA]) dari asam
deoksiribonukleat (DNA)
ü
Kemudian m-RNA menstimulasi sintesis
protein dalam sel
·
Hormone Peptide dan Protein (seperti insulin)
ü Berinteraksi dengan tempat reseptor
pada permukaan sel yang menghasilkan stimulasi enzim intrasel adenil siklase.
ü Stimulasi enzim ini mengakibatkan
peningkatan produksi c-AMP (cyclic 3’,5’-adenosin monofosfat) . c-AMP yang ada
didalam sel mengubah aktivitas enzim.
ü
c-AMP merupakan “second messenger” yang
menghubungkan hormone peptide pada permukaan sel dengan perubahan dalam
lingkungan intrasel
ü sebagian hormone peptide dan protein
dapat pula bekerja dengan mengubah permeabilitas membrane.
·
Hormone Amina (seperti epinefrin)à mekanisme kerja hormone amina serupa
dengan mekanisme kerja hormone peptide.
Berbagai kelompok hormone ini bekerja
pada jaringan sasaran melalui berbagai mekanisme. Hormone dapat mengubah fungsi
jaringan sasaran melalui interaksi dengan reseptor kimia yang terletak pada
membrane sel atau dalam interior sel.
Kelenjar
Hipofisis
Ø Disebut sebagai Master gland system endokrin
Ø Kelenjar ini menyekresikan
hormon-hormon yang selanjutnya akan
mengendalikan sekresi hormone oleh kelenjar endokrin lain.
Ø Hipofisis sebagian besar dikontrol
oleh hipotalamus
Ø Merupakan struktur berbentuk
bulat dengan ukuran ± 1,27 cm (1/2 inci) yang terletak
pada permukaan inferior otak.
Ø Dihubungkan dengan hipotalamus
melalui tangkai hipofisis.
Ø Kelenjar ini dibagi menjadi :
ü Lobus anterior
ü Lobus intermedius
ü Lobus posterior
Hipofisis Anterior
Ø Hormone utama kelenjar ini adalah
1. Hormone stimulasi folikel (FSH
; follicle stimulating hormone)
2. Hormone luteinisasi (LH;
luteinizing hormone)
3. Prolaktin hormone adrenokortikotropik
(ACTH;
adrenocorticotropic hormone)à bekerja pada payudara untuk menstimulasi produksi ASI
4. Hormone stimulasi tiroid (TSH;
thyroid stimulating hormone)
5. Hormone pertumbuhan (GH;
growth hormone) disebut juga somatotropin à merupakan hormone protein
§
Meningkatkan sintesis protein dalam
banyak jaringan
untuk
§ Meningkatkan penguraian asam lemak dalam jaringa adipose pertumbuhan
§ Menaikkan kadar glukosa darah
normal
Sekresi hormone ini ditingkatkan oleh
stress, latihan dan kadar glukosa darah yang rendah.
Sekresi yang tidak memadai pada usia
kanak-kanak mengakibatkan keterbatasan pertumbuhan (dwarfisme), sebaliknya
sekresi yang berlebihan menyebabkan gigantisme.
Sekresi yang berlebihan pada orang
dewasa mengakibatkan deformitas tulang serta jaringan lunak, dan pembesaran
vicera tetapi tanpa menyebabkan
peningkatan tinggi badan à Akromegali
Ø Sekresi setiap hormone utama ini
dikendalikan oleh faktor pelepasan (RF; releasing factor) yang disekresi
oleh hipotalamus.
Ø Faktor pelepasan mencapai hipofisis
anterior melalui aliran darah dalam suatu sirkulasi khusus yang disebut system
darah portal hipofisis
Ø TSH,ACTH,FSH dan LH memiliki fungsi
utama melepaskan hormone dari kelenjar
endokrin lain.
Hipofisis Posterior
Ø Hormone utama kelenjar ini adalah :
ü Vasopresin (hormone antidiuretik
[ADH])
Ä Sekresinya dirangsang oleh
peningkatan osmolalitas darah atau penurunan tekanan darah
Ä Fungsi utama adalah mengendalikan
ekskresi air oleh ginjal
ü Oksitosin
Ä
Sekresi oksitosin distimulasi selama
kehamilan dan pada saat melahirkan anak
Ä
Fungsi utama adalah untuk memudahkan
ejeksi ASI selama laktasi dan meningkatkan kekuatan kontraksi uterus pada saat
bersalin serta melahirkan
Ä
Oksitosis eksogen digunakan sebagai
terapi untuk memicu persalin
Fungsi hipofisis yang
abnormal
¶ Abnormalitas fungsi hipofisis
disebabkan oleh hiposekresi atau hipersekresi setiap hormone yang diproduksi
atau dilepaskan oleh kelenjar tersebut.
¶ Kelainan lobus anterior dan posterior
dapat terjadi tanpa tergantung satu sama lain.
¶ Hipersekresi paling sering mengenai
ACTH atau hormone pertumbuhan yang menimbulkan keadaan yang dikenal dengan Penyakit
Cushing dan Akromegali
¶ Hiposekresi umumnya mengenai seluruh
hormone hipofisis anterior dan disebutà Panhipopituitarisme. Pada keadaan
ini kelenjar tiroid, korteks adrenal, dan gonad akan mengalami atropi karena
tidak adanya hormone tropic
¶ Kelainan yang dijumpai pada disfungsi
lobus posterior adalah Diabetes Insipidius à yaitu suatu keadaan dimana ekskresi urin terjadi dalam
jumlah yang berlebihan sebagai akibat dari insufisiensi produksi vasopressin.
Hipopituitarisme
(hipofungsi kelenjar hipofisis)
¶ Dapat
terjadi akibat penyakit pada kelenjar hipofisis sendiri (kerusakan lobus
anterior) atau pada hipotalamus.
¶ Panhipopituitarisme (penyakit
Simmond) merupakan keadaan tidak adanya seluruh sekresi hipofisis dan
penyakit ini à jarang dijumpai
¶ Nekrosis hipofisis pascapartus (Sindrom
Sheehan) merupakan penyebab kegagalan hipofisis anterior yang jarang.
Keadaan ini lebih cenderung terjadi pada wanita yang mengalami kehilangan
darah, hipovolemia, dan hipotensi pada saat melahirkan.
¶
Hipopituitarisme juga merupakan komplikasi
terapi radiasi pada kepala dan leher.
¶ Kerusakan total kelenjar hipofisis
akibat trauma, tumor atau lesi vasikuler akan menghilangkan semua stimulus yang
secara normal diterima oleh kelenjar tiroid, gonad dan adrenal. Akibatnya adalah :
ü Penurunan berat badan yang ekstrim
ü Pelisutan tubuh
ü Atropi semua kelenjar serta organ
endokrin
ü Kerontokan rambut
ü Impotensi
ü Amenore
ü Hipometabolisme
ü Hipoglikemia
ü Koma dan kematian akan terjadi jika
tidak dilakukan terapi hormone pengganti.
Tumor
Hipofisis
Tumor hipofisis biasanya tidak bersifat ganas meskipun
lokasinya penting dan efeknya terhadap produksi hormone oleh organ target dapat
mengakibatkan kematian.
Tumor kelenjar hipofisis terdiri atas 3 tipe utama yang
menggambarkan pertumbuhan berlebih pada :
Ø
Sel-sel Eosinofil (Tumor Eosinofil)
ü
Jika tumbuh secara dini dapat
menimbulkan gigantisme. Orang terkena dapat memiliki tinggi badan 7 kaki (± 2 meter lebih)
ü
Jika kelainan dimulai pada usia dewasa,
terjadi pertumbuhan skeletal yang berlebihan hanya terjadi pada kaki, tangan,
margo orbita superior,eminensia molar, hidung dan dagu à Akromegali.
ü
Banyak pasien menderita sakit kepala hebat dan gangguan
visual karena tumornya menekan nervus optikus (kebutaan pada sebagian penglihatan)
ü Dekalsifikasi (kehilangan atau
pengeluaran garam kalsium) skeleton, kelemahan otot, dan gangguan endokrin yang
serupa dengan yang terjadi pada hipertiroidisme juga akan menyertai tumor tipe
ini.
Ø
Sel-sel Basofil (Tumor Basofil)
ü Akan menyebabkan Sindrom Cushing dengan
gambaran yang sebagian besar berkaitan dengan
hiperadrenalisme, termasuk maskulinisasi dan amenore pada wanita,
obesitas batang tubuh, hipertensi, osteoporosis serta polisitemia (ä jlh sel darah merah dalam darah).
Ø
Sel-sel Kromofob (Tumor Kromofob)
ü
Merupakan 90% dari seluruh tumor
hipofisis, biasanya tidak menghasilkan hormone tetapi menghancurkan sisa
kelenjar hipofise sehingga terjadi hipopituitarisme
ü Penderita sering tampak obesitas, dan
somnolen dengan memperlihatkan rambut yang halus serta jarang, kulit yang
kering serta lunak, muka pucat,tulang kecil.
ü Pasien juga mengeluhkan sakit kepala,
kehilangan libido, gangguan visual yang berkembang menjadi kebutaan, poliuria,
polifagia, penurunan angka metabolisme basal, suhu tubuh yang subnormal.
Evaluasi diagnostik
Ä Anamnesis yang cermat untuk
mengetahui riwayat sakit dan pemeriksaan fisik yang cermat, termasuk pengkajian
terhadap ketajaman visus serta lapangan pandang
Ä Pemeriksaan CT dan MRI untuk
mendiagnosis ada serta luasnya tumor hipofisis
Ä Pengukuran kadar hormone hipofisis
dalam serum dapat dilakukan bersama pemeriksaan hormone dari berbagai target
organ untuk membantu mendiagnosis.
Diabetes
Insipidius
Merupakan kelainan pada lobus posterior hipofisis yang
disebabkan oleh defisiensi vasopressin yang merupakan hormone antidiuretik
(ADH).
Kelainan ini
ditandai :
Ø
Rasa haus yang sangat (polidipsia)
Ø Pengeluaran urin yang encer dengan
jumlah yang besar
Diabetes Insipidius dapat terjadi sekunder akibat :
Ø Trauma kepala
Ø Tumor otak
Ø Operasi ablasi atau penyinaran pada
kelenjar hipofisis
Ø Infeksi system saraf pusat
(meningitis, ensafalitis) atau tumor (mis:kelainan metastatik, limfoma dari
payudara atau paru)
Ø Kegagalan tubulus renal utnuk
bereaksi terhadap ADH (nefrogenik); berkaitan dengan hipokalemia, hiperkalsemia
dan penggunaan obat (mis: lithium, demeclocyclin)
Manifestasi klinis :
Ø Tanpa kerja vasopressin pada nefron
distal ginjal,akan terjadi pengeluaran urin yang sangat encer seperti air
dengan berat jenis 1.001 hingga 1.005 dalam jumlah yang sangat besar setiap
harinya. Urin tersebut tidak mengandung zat yang biasa terdapat didalamya
seperti glukosa dan albumin.
Ø
Karena rasa haus yang luar biasa, pasien
cenderung minum 4 hingga 40 liter kiter perhari dengan gejala khas ingin minum
air yang dingin.
Ø Pada diabetes insipidius herediter,
gejala primernya dapat berawal sejak lahir. Kalau keadaan ini terjadi pada usia
dewasa, biasanya gejala poliuria memiliki awitan yang mendadak atau bertahap
(insidius)
Ø Penyakit ini tidak dapat
dikendalikan dengan membatasi asupan cairan
karena kehilangan urin dalam jumlah besar akan terus terjadi sekalipun
tidak dilakukan penggantian cairan. Upaya membatasi cairan akan membuat pasien
tersiksa karena keinginan minum yang luar biasa disamping akan menimbulkan
keadaan hipernatremia dan dehidrasi yang berat.
Evaluasi diagnostik
Ø Tes deprivasi cairan dilakukan dengan menghentikan pemberian cairan selama 8
– 12 jam atau sampai terjadi penurunan
berat badan sebesar 3 % hingga 5 %.
Ø Pengukuran osmolalitas plasma dan
urin dilakukan pada awal dan akhir tes
tersebut. Ketidakmampuan untuk meningkatkan berat jenis dan osmolalitas urin
merupakan tanda khas diabetes insipidius.
Ø Pengukuran kadar vasopressin plasma
yang dilakukan bersama dengan pengukuran
osmolalitas plasma serta urin; uji coba dengan menggunakan desmopresin
(vasopressin sintetik) dan pemberian infus saline hipertonis
Penatalaksanaan
Tujuan terapi adalah:
1. Untuk menjamin penggantian cairan
yang adekuat
2. Mengganti vasopressin (yang biasanya
merupakan program terapeutik jangka panjang)
3. Untuk meneliti dan mengoreksi kondisi
patologis intracranial patologis intracranial
¶ Penggantian vasopressin
¶ Penyuntikan intramuscular ADH
¶ Mempertahankan cairan
¶ Jika disebabkan oleh kelainan ginjal,
terapi ini tidak akan efektif. Preparat tiazida, penurunan garam yang ringan
dan penyekat prostaglandin (ibuprofen, indometasin,aspirin) digunakan untuk
mengobati bentuk nefrogenik.
Implikasi keperawatan
¶ Pasien memerlukan dorongan dan
dukungan pada saat menjalani pemeriksaan untuk meneliti kemungkinan lesi
cranial
¶
Jelaskan pada keluarga tentang perawatan
tingkat lanjut dan berbagai tindakan darurat
¶
Penggunaan vasopresin harus dilakukan
secara hati-hati jika terdapat penyakit arteri koroner karena tindakan ini
menyebabkan vasokonstriksi.
Kelenjar tiroid
Ø Merupakan organ yang bentuknya
seperti kupu-kupu dan terletak pada leher bagian bawah disebelah anterior
trakea
Ø
Terdiri dari 2 lobus lateral yang
dihubungkan oleh sebuah istmus
Ø
Panjang ± 5 cm serta lebar 3 cm dan berat ± 30 gram
Ø
Aliran darah kedalam tiroid, per gram
jaringan kelenjar sangat tinggi (± 5
ml/menit/gram tiroid) yaitu ± 5x
aliran darah kedalam hati.
Ø
Menghasilkan 3 jenis hormon yang berbeda
Ä
Tiroksin (T4) merupakan asam amino yang
mengandung molekul iodium. 75%
Ä
Triiodotironin (T3) berada dlm keadaan terikat dgn
globuli pengikat protein (TBG-
Thyroid
Binding Globulin)
Ä
Kalsitonin (tirokalsitonin) à terikat
dengan albumin dan prealbumin pengikat tiroid. Tidak dikendalikan oleh TSH.
Hormon ini disekresi oleh kelenjar
tiroid sebagai respons terhadap kadar kalsium plasma yang tinggi. Kalsitonin
akan menurunkan kadar kalsium plasma dengan meningkatkan jumlah penumpukan kalsium
dalam tulang
Ø
Iodium merupakan unsur esensial bagi
tiroid untuk sintesis hormon tiroid. Iodium dalam tubuh paling banyak digunakan
oleh kelenjar tiroid, sehingga defisiensi iodium akan menyebabkan gangguan
tiroid.
Ø
Iodida dikonsumsi dari makanan dan diserap
kedalam darah didalam traktus gastrointestinal.
Ø
Kelenjar tiroid bekerja sangat efisien
dalam mengambil iodium dari darah dan kemudian memekatkannya dalam sel-sel
kelenjar tersebut. Ion-ion iodida akan diubah menjadi molekul iodium yang akan
bereaksi dengan tirosin (suatu asam amino) untuk membentuk hormon tiroid.
Ø
Sekresi tirotropin (TSH) oleh kelenjar
hipofisis akan mengendalikan kecepatan pelepasan hormon tiroid.selanjutnya
pelepasan TSH ditentukan oleh kadar hormon tiroid dalam darah.
Ø Jika
konsentrasi hormon tiroid dalam darah menurun, pelepasan TSH meningkat sehingga
terjadi peningkatan keluaran T3
dan T4. Keadaan
ini merupakan suatu contoh pengendalian umpan balik (Feed back Control)
Ø Hormone pelepas tirotropin (TRH-
thyrotropin-releasing hormone) yang disekresikan oleh hipotalamus memberikan
pengaruh yang mengatur (modulasi) pelepasan TSH dari hipofisis
Ø Faktor lingkungan seperti penurunan
suhu tubuh dapat meningkatkan sekresi TRH dengan demikian akan menaikkan
sekresi hormone tiroid
Ø
Fungsi utama hormone tiroid (T3, T4
) adalah mengendalikan aktivitas metabolic seluler
Ø Kedua hormon ini bekerja sebagai alat
pacu umum dengan mempercepat proses metabolisme
Ø Efeknya pada kadar metabolisme sering
ditimbulkan oleh peningkatan kadar enzimspesifik yang turut berperan dalam
konsumsi oksigen
Ø Hormone tiroid mempengaruhi replikasi
sel dan sangat penting bagi perkembangan otak, pertumbuhan normal.
Pemeriksaan kelenjar
tiroid
§ Kelenjar tiroid diinspeksi dan
dipalpasi secara rutin pada semua pasien. Daerah leher bagian bawah antara
otot-otot sternokleidomastoideus apakah terdapat benjolan
§
Pasien diminta untuk sedikit
mengekstensikan lehernya dan menelan.
§
Normalnya jaringan tiroid akan bergerak
naik jika pasien menelan
§
Kemudian dilakukan palpasi tiroid untuk
menentukan ukuran, bentuk, konsistensi, kesimetrisan dan adanya nyeri tekan
§
Palpasi kelenjar dapat dilakukan secara
efektif apabila posisi pasien membelakangi pemeriksa. Pemeriksa melakukan
prosedur ini dengan menggunakan kedua belah tangan melingkari leher pasien.
§
Ibu jari tangan diletakkan pada bagian
posterior leher, sementara jari telunjuk dan jari tengah melakukan palpasi
untuk meraba istmus tiroid serta permukaan anterior lobus lateralis
§
Lobus kiri diperiksa dengan menempatkan
pasien dalam posisi leher sedikit fleksi kedepan dan kekiri. Kemudian kartilago
tiroid didorong kekiri dengan jari tangan kanan, gerakan ini akan menggeser
lobus kiri kedalam muskulus sternokleidomastoideus, sementara jari telunjuk dan
jari tengah melakukan penekanan yang berlawanan dari bagian anterior otot
tersebut.
§
Gerakan menelan pada saat gerakan ini
dapat membantu pemeriksa untuk menentukan lokasi tiroid pada saat kelenjar
tersebut bergerak naik dalam leher.
Hipotiroidisme
Merupakan keadaan yang ditandai
dengan terjadinya hipofungsi tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh
gejala-gejala kegagalan tiroid. Keadaan ini terjadi akibat kadar hormon tiroid berada dibawah
nilai optimal.
Tipe :
§ Lebih dari 95 % mengalami
hipotiroidisme primer atau tiroidal yang mengacu pada disfungsi tiroid
§ Hipotiroidisme sentral à disfungsi tiroid karena kegagalan kelenjar hipofisis,
hipotalamus atau keduanya. Dapat disebut sebagai hipotiroidisme sekunder atau
pituitaria jika sepenuhnya disebabkan kelainan hipofisis.
§ Hipotiroidisme tertier (hipotalamus)àbila ditimbulkan oleh kelainan hipotalamus yang mengakibatkan
sekresi TSH tidak adekuat akibat penurunan stimulasi oleh TRH.
Ø Apabila defisiensi tiroid terjadi
sejak lahir, keadaan ini dinamakan kreatinisme. Pada keadaan ini ibu mungkin
juga menderita defisiensi tiroid
Ø
Miksedema mengacu kepada penumpukan
mukopolisakarida dalam jaringan subkutan dan interstisial. Miksedema terjadi
pada hipotiroidisme yang sudah berlangsung lama dan berat
Penyebab :
Ø Yang paling sering ditemukan pada
orang dewasa adalah tiroiditis otoimun (Tiroiditis Hashimoto)à dimana system imun menyerang kelenjar tiroid
Ø Hipotiroidime juga sering terjadi
pada pasien dengan riwayat hipertiroidisme yang menjalani terapi radioiodium,
pembedahan atau preparat antitiroid. Paling sering terjadipada wanita usia
lanjut
Manifestasi klinis :
Ø Gejala dini :Kelelahan yang ekstrim, Kerontokan
rambut ,Kuku yang rapuh, Kulit kering, Rasa baal serta paratesia pada jari
tangan, Suara menjadi kasar/ parau, Gangguan haid seperti menorhagia atau
amenore, hilangnya libido
Ø Hipotiroidisme berat : suhu tubuh dan
frekuensi nadi subnormal, kenaikan berat badan tanpa peningkatan asupan
makanan, kulit tebal karena penumpukan mukopolisakarida dalam jaringan subkutan
(asal mula istilah miksedema), rambut menipis dan rontok, wajah tanpa ekspresi
dan mirip topeng, merasa dingin meskipun dalam lingkungan yang hangat,mudah
tersinggung, dan mengeluh merasa lemah,kenaikan kadar kolesterol serum,
aterosklerosis, penyakit jantung kororner dan fungsi ventrikel kiri yang jelek.
Ø
Hipotiroidisme
lanjut : dimensia disertai perubahan kognitif dan kepribadian yang khas,
respirasi yang tidak memadai, apnu saat tidur, efusi pleura, efusi
pericardial,dan kelemahan otot pernafasan, hiponatremia, kepekaan abnormal
terhadap preparat sedative, apioid serta anastesia. Oleh sebab itu
pemberian obat ini hanya diberikan pada kondisi tertentu.
Ø
Hipotirodisme paling ekstrim dan berat :
koma miksedema, hiponatremia dan tidak sadarkan diri
Penatalaksanaan
Ø
Memulihkan metabolisme kembali kenormal
dengan cara mengganti hormon yang hilang
Diagnosa keperawatan :
1.
Intoleransi aktivitas b/d kelelahan dan
penurunan proses kognitif
2.
Perubahan suhu tubuh
3.
Konstipasi b/d penurunan fungsi
gastriintestinal
4. Kurangnya pengetahuan tentang program
pengobatan untuk terapi penggantian tiroid seumur hidup
5. Pola nafas tidak efektif b/d depresi
ventilasi
6. Perubahan proses berpikir b/d
gangguan metabolisme dan perubahan status kardiovaskuler serta pernafasan
Dx 1
Tujuan : Meningkatkan partisipasi dalam
aktivitas dan kemandirian
Intervensi :
1. Meningkatkan kemandirian pada
aktivitas perawatan
Ä Atur interval waktu antar aktivitas
untuk meningkatkan istirahat dan latihan yang dapat ditolerir
Ä
Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika
pasien berada dalam keadaan lelah
Ä
Berikan stimulasi melalui percakapan dan
aktivitas tidak menimbulkan stres
Ä
Pantau respons pasien terhadap
peningkatan aktivitas
Rasional :
·
Mendorong aktivitas sambil memberikan
kesempatan untuk mendapatkan istirahat yang adekuat
·
Memberi kesempatan pada pasien untuk
berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri
·
Meningkatkan perhatian tanpa terlalu
menimbulkan stres pada pasien
·
Menjaga pasien agar tidak melakukan
aktivitas yang berlebihan atau kurang
Hasil yang diharapkan :
·
Beraktivitas dalam perawatan mandiri
·
Melaporkan penurunan tingkat kelelahan
·
Memperlihatkan perhatian dan kesadaran
pada lingkungan
·
Berpartisipasi dalam peristiwa dan
aktivitas keluarga
·
Melaporkan tidak adanya rasa nyeri dada,
peningkatan kelelahan atau gejala sesak nafas yang menyertai peningkatan aktivitas.
Penatalaksanaan keperawatan :
Ø
Modifikasi aktivitas àmembantu
perawatan dan kebersihan diri sambil mendorong partisipasi untuk melakukan
aktivitas dalam batas yang bisa ditoleransi
Ø
Pemantauan berkelanjutan à
Ä
Kemunduran status fisik serta mental
Ä
Tanda dan gejala peningkatan laju
metabolik akibat terapi yang melampaui kemampuan reaksi sistem kardiovaskuler
dan pernafasan
Ä
Keterbatasan atau komplikasi miksedema
yang berkelanjutan
Ø
Pengaturan suhu
Ø
Dukungan emosional
Ø
Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan
dirumah
Kelenjar paratiroid
¶
Berjumlah 4 buah yang terletak dalam
leher dan tertanam dalam permukaan posterior kelejar tiroid.
¶
Kelenjar yang kecil ini sulit dilihat
dan dapat terangkat tanpa sengaja ketika dilakukan pembedahan tiroid.
Pengangkatan tanpa sengaja ini menyebabkan hipoparatiroidisme yang paling
sering dijumpai
¶
Hormon yang disekresi à
Parathormon yang merupakan hormone protein yang berfungsi
mengatur metabolisme kalsium dan fosfor.
¶
Peningkatan parathormon mengakibatkan
peningkatan absorpsi kalsium diginjal, intestinum dan tulang, sehingga terjadi
kenaikan kadar kalsium dalam darah.
¶
Beberapa kerja hormon ini meningkat
dengan adanya vit D. Parathormon juga
cenderung menurunkan kadar fosfor darah
¶
Parathormon yang berlebihan dapat
mengakibatkan kenaikan kadar kalsium
serum; keadaan ini merupakan situasi yang dapat membawa kematian. Apabila
produk kalsium dan fosfor serum (kalsium x fosfor) meningkat dapat terjadi
pengendapan kalsium fosfat dalam berbagai organ tubuh, yang menyebabkan kalsifikasi
(pengendapan garam kalsium) jaringan.
¶
Pengeluaran parathormon diatur oleh
kadar kalsium terionisasi dalam darah. Peningkatan kalsium serum mengakibatkan
penurunan sekresi parathormon sehingga terbentuk suatu mekanisme umpan balik.
Hiperparatiroidisme
Ø
Terjadi akibat produksi berlebih hormon
paratiroid oleh kelenjar paratiroid ditandai dengan dekalsifikasi (kehilangan atau pengeluaran garam kalsium
dari dalam tulang) tulang dan
terbentuknya batu ginjal yang mengandung kalsium.
Ø
Hiperparatiroidisme primer terjadi
2 atau 3 kali lebih sering pada wanita daripada laki-laki dan paling sering
ditemukan pada pasien berusia 60 -70 tahun
Ø Hiperparatiroidisme
sekunder disertai manifestasi yang serupa terjadi pada pasien
gagal ginjal kronis. Rakitis
ginjal (renal ricketsia) akibat retensi fosfor akan meningkatkan stimulasi pada
kelenjar paratiroid dan meningkatkan sekresi hormone paratiroid
Manifestasi Klinis
:
¶
Apatis
¶
Mudah lelah
¶
Kelemahan otot
berkaitan dengan peningkatan kadar kalsium
¶
Mual / muntah
dalam darah
¶
Konstipasi
¶
Hipertensi dan aritmia jantung dapat
terjadi
¶
Mudah tersinggung
merupakan efek langsung kalsium pada otak
¶
Neurosis
dan sistem saraf. Peningkatan kadar kalsium
¶
Psikosis
akan menurunkan eksitasi jaringan saraf dan otot
Komplikasi
¶ Pembentukan batu ginjal pada salah
satu atau kedua ginjal
¶ Gejala muskuloskeletal (nyeri,
fraktur, deformitas)à terjadi akibat demineralisasi tulang
atau tumor tulang yang muncul berupa sel raksasa benigna akibat pertumbuhan
osteoklast yang berlebihan
¶ Ulkus peptikum
Evaluasi Diagnostik
¶
Diagnosis ditegakkan berdasarkan
kenaikan persisten kadar kalsium serum dan peningkatan kadar parathormon.
Penatalaksanaan :
¶
Terapi yang dianjurkan pada pasien ini
adalah tindakan bedah untuk mengangkat jaringan paratiroid yang abnormal
¶
Pada pasien yang asimtomatik disertai
kenaikan kadar kalsium serum ringan dan fungsi ginjal yang normal, pembedahan
dapat ditunda
¶
Hidrasi : karena
gangguan ginjal mungkin terjadi maka penderita dianjurkan untuk minum sebanyak
2000 ml cairan atau lebih untuk mencegah terbentuknya batu ginjal
¶
Mobilitas : banyak
berjalan atau penggunaan kursi goyang harus diupayakan sebanyak mungkin karena tulang yang mengalami
stres normal akan melepaskan kalsium dalam jumlah sedikit. Tirah baring dan
peningkatan eksresi kalsium merupakan predisposisi terbentuknya batu ginjal.
¶
Diet dan obat-obatan :
Ø
kebutuhan nutrisi harus dipenuhi
meskipun pasien dianjurkan untuk menghindari diet kalsium-terbatas atau kalsium
berlebih.
Ø
Jika menderita ulkus peptikum diberikan
preparat antasid dan diet protein yang khusus.
Ø
Karena anoreksia umum terjadi,
peningkatan selera makan harus diupayakan. Jus buah, preparat pelunak feses dan
aktivitas fisik disertai dengan peningkatan asupan cairan akan membantu
mengurangi gejala konstipasi yang merupakan masalah pascaoperatif yang sering
dijumpai.
Hipoparatiroidisme
¶
Adalah sekresi hormon paratiroid yang
kurang adekuat akibat supalai darah terganggu atau setelah jaringan kelenjar
paratiroid diangkat.
Patofisiologi :
¶
Disebabkan oleh defisiensi parathormon
yang mengakibatkan kenaikan kadar fosfat dalam darah (hiperfosfatemia) dan
penurunan konsentrasi kalsium darah (hipokalsemia)
¶
Tanpa adanya parathormon akan terjadi
penurunan absorpsi intestinal kalsium dari makanan dan penurunan resorpsi
kalsium dari tulang dan disepanjang tubulus renalis
¶
Penurunan ekskresi fosfat melalui ginjal
menyebabkan hipofosfaturia, dan kadar kalsium serum yang rendah mengakibatkan
hipokalsiuria.
Manifestasi klinik:
¶
Hipokalsemia menyebabkan iritabilitas
sistem neuromuskular dan turut menimbulkan tetanus
Intervensi keperawatan :
¶
Perawatan pascaoperasi diarahkan
kepada deteksi tanda-tanda dini
hipokalsemia dan antisipasi tanda-tanda tetanus, kejang serta kesulitan
bernafas
¶
Kalsium glukonat disediakan disamping
tempat tidur bersama dengan peralatan yang diperlukan untuk penyuntikan
intravena. Jika pasien mempunyai masalah jantung, potensial mengalami aritmia
atau menggunakan obat digitalis , maka pemberian kalsium glukonat harus
dilakukan dengan hati-hati
¶
Kalsium dan digitalis akan meningkatkan
kontraksi sistolik, dan lebih lanjut kedua preparat ini saling menimbulkan
potensiasi. Keadaan ini dapat menyebabkan aritmia jantung yang fatal. Sebagai
konsekuensinya, pasien jantung memerlukan pemantauan jantung yang kontinu dan
pengkajian yang cermat.
Kelenjar adrenal
Ø
Terdapat 2 buah kelenjar adrenal yang
melekat pada bagian atas ginjal
Ä Medulla Adrenal
( bagian tengah )
§
Mensekresi Katekolamin (Epinefrin dan
Norepinefrin)
§
Berfungsi sebagai bagian dari sistem
saraf otonom
§
90 % dari hasil sekresi medulla
merupakan epinefrin (adrenalin)
§
Katekolamin mengatur lintasan metabolik
untuk meningkatkan katabolisme bahan bakar yang tersimpan sehingga kebutuhan
kalori dari sumber endogen terpenuhi
§
Pada situasi darurat sekresi epinefrin
akan menurunkan aliran darah dalam jaringan seperti otot jantung dan skeletal
§
Katekolamin juga menyebabkan pelepasan
asam lemak bebas, meningkatkan kecepatan metabolik basal (BMR) dan menaikkan
kadar glukosa darah
Ä Korteks Adrenal
( bagian tengah ) à adrenokortikal
§
Mensekresi 3 kelompok hormon steroid
ü
Glukokortikoid
(hidrokortison) à
¶
memiliki pengaruh yang penting terhadap
metabolisme glukosa,
¶
peningkatan sekresi hidrokortison akan
menaikkan kadar glukosa darah
¶
sering digunakan untuk menghambat
respons inflamasi pada cedera jaringan dan menekan gejala alergi
ü
Mineralokortikoid
(aldosteron) à
¶
Kerja utama pada metabolisme elektrolit,
pada tubulus ginjal dan epitel gastrointestinal untuk absorpsi ion natrium
dalam proses pertukaran untuk mengeksresikan ion kalium atau hidrogen
¶
Kenaikan kadar aldosteron menyebabkan
peningkatan reabsorpsi natrium oleh ginjal dan traktus gastrointestinal yang
cenderung memulihkan tekanan darah untuk
kembali normal
ü
Hormon
seks Adrenal (Androgen) à
¶ Kelompok hormon ini memberikan efek yang serupa dengan hormon seks pria
¶ Kelenjar adrenal dapat pula
menyekresikan sejumlah kecil estrogen atau hormone seks wanita
¶ Apabila disekresikan dalam jumlah
normal, mungkin hanya memberikan sedikit efek, tetapi bila disekresikan secara
berlebihan, maskulinisasi dapat terjadi à Sindrom
Adrenogenital
Sindrom Cushing
Terjadi akibat aktivitas korteks adrenal yangberlebihan
Manifestasi klinis :
¶ Penghentian pertumbuhan
¶ Obesitas
¶ Perubahan musculoskeletal
Proses
keperawatan :
Pengkajian :
¶
Riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik
berfokus pada konsentrasi hormone
¶
Riwayat penyakit mencakup informasi
tentang aktivitas dan kemampuannya untuk melaksanakan kegiatan rutin serta
perawatan mandiri
¶
Kondisi kulit dikaji untuk menemukan
trauma, infeksi, fisura, memar serta edema
¶
Mengkaji fungsi mental mencakup keadaan
emosi, respons terhadap pertanyaan, kesadaran akan lingkungan dan tingkat
depresi
Diagnosa Keperawatan :
¶
Resiko cedera dan infeksi b/d kelemahan
dan perubahan metabolisme protein serta respons inflamasi
¶
Kurang perawatan diri : kelemahan,
perasaan mudah lelah, atropi otot dan perubahan pola tidur
¶
Gangguan integritas kulit b/d edema,
gangguan kesembuhan dan kulit yang tipis serta rapuh
¶
Gangguan citra tubuh b/d perubahan
penampilan fisik, gangguan fungsi seksual dan penurunan tingkat aktivitas
¶
Gangguan proses berfikir b/d fluktuasi
emosi, irritabilitas,dan depresi
Komplikasi :
¶
Krisis Addisonian
¶
Efek yang merugikan pada aktivitas
korteks adrenal
Intervensi Keperawatan :
¶
Pemantauan dan penatalaksanaan
komplikasi potensial
¶
Persiapan praoperatif
¶
Menganjurkan istirahat dan aktivitas
¶
Meningkatkan perawatan kulit
¶
Memperbaiki citra tubuh
¶
Memperbaiki proses berpikir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar